Karya Masyarakat Mandiri

Dan, Lilikpun Membuat Bangga Ibunya

Catatan Pendamping Blora, Sujad

Seorang ibu dari mitra yang saya dampingi suatu hari curhat tentang anaknya. Lilik namanya. Pemuda pengangguran yang ‘lupa rumah’. “Anak kulo meniko sak derenge mlebet wonten Masyarakat Mandiri penggaweane kluyuran mawon mas, nek saking kidul bablas ngalor, nek saking lor bablas ngidul, nggriyo meniko mong diingeti mawon, ngantos tonggo podo celuluk yen Lilik lewat “Cung, omahmu kene lho, ndak wis lali to?”.

Si ibu menceritakan tentang Lilik anaknya yang sekarang mau bergabung dalam kelompok dampingan Masyarakat Mandiri (MM). Sebelum bergabung dengan kelompok, pekerjaannya keluyuran. Rumah orang tuanya cuma dilihat saja. Tetangga suka menyeletuk, “Nak, itu rumahmu, masak lupa?”

Si ibu merasa bersyukur, anaknya tidak suka keluyuran lagi. Ia ingat masa Lilik masih menganggur. Bila pulang ke rumah paling cuma tidur di kamar, siangnya sudah tidak tahu kemana pergilnya Lilik. Sampai tidak bisa dipegang ekornya,” ucap perempuan itu sembari membuat perumpaan. Pekerjaannyam siang nongkrong di warung kopi dengan teman-temannya. Untuk membeli kopipun, ia masih menengadah pada orang tuanya yang membikin ibunya kadang pusing memikirkanya.

Pernah anaknya kerja dibengkel, tapi tidak bertahan lama. Pindah kerja di tempat lain, tak betah, menganggur lagi. Sebagai orang tua, ibu kadang khawatir, bagaimana kalau menikah, apa ada gadis yang mau pada lelaki tak bepekerjaan.

Tapi ibu itu bersyukur, ada sisi lain yang patut dibanggakan pada diri Lilik. Anaknya punya kelebihan bisa memasak, bahkan diakuinya enak masakannya. Saudaranya senang kalau Lilik yang memasak makanan untuk bersama-sama. Mungkin sudah ada bakatnya, pikir ibu. Tampaknya ibunya tidak salah dalam melihat potensi putranya. Lilik kini bergabung bersama teman-temannya dalam kelompok usaha pembuatan kerupuk rambak bernama Kelompok Mandiri (KM) Mathoa di Desa Brumbung Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora.

Tak hanya senang karena anaknya telah memiliki kegiatan dalam kelompok dampingan binaan Masyarakat Mandiri-Dompet Dhuafa ini, ibunya senang karena Lilik banyak di rumah. Bersama kelompoknya, produksi kerupuk rambak di rumah. Kalau produksinya sedikit, mereka bekerja pada pukul 09.00 sampai 16.00 WIB. Kalau pesanan sudah banyak, bisa sampai menjelang Maghrib. KM Mathoa telah mampu memasarkan sekitar 3000 buah krupuk tiap hari.

Lilik potret mitra muda yang sangat bersemangat dalam mengelola produksinya, walau sampai saat ini kelompoknya belum bisa merasakan untung yang berarti. Namun, setidaknya anak-anak muda jadi memiliki kegiatan yang berarti bagi hari-hari dan masa depan mereka. Menariknya, KM Mathoa terbentuk dari seorang pemuda yang prihatin pada nasib teman-temannya. Dia adalah Sugeng Santoso. Seorang sales obat freeland berpenghasilan pas-pasan. Sugeng merangkul teman-temanya untuk membentuk kelompok usaha yang bisa mengangkat perekonomian mereka. Akhirnya terkumpullah enam orang. Lahirlah gagasan mengembangkan usaha kerupuk rambak itu.

Diposting oleh Sujad, Hery

{fcomment}

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top