Karya Masyarakat Mandiri

Sebuah Catatan Perjalanan, Menapak Jejak Program Pemberdayaan Petani Gula Kelapa di Pacitan, Jawa Timur

Liburan mudik lebaran ke kampung halaman suamiku di Pacitan tahun ini tak lupa ku lewatkan untuk mengunjungi mitra program pemberdayaan petani gula Kelapa di Desa Worowari dan Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung. Tahun-tahun sebelumnya aku tak sempat berkunjung karena lokasi program dan rumah mertua lumayan jauh dan medannya pun jelek. Alhamdulillah sekarang sudah ada Jalur Lingkar Selatan (JLS) yang menghubungkan pusat kota Pacitan dengan beberapa kecamatan lainnya. JLS ini sangat mulus dan bebas hambatan dengan pemandangan pantai di sepanjang jalur. Sehingga jarak Kecamatan Ngadirojo-Kebonagung bisa ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 1 jam.

Di hari Selasa 6 Syawal 1434 H, kuajak suami dan anak-anak berpetualang naik sepeda motor dari Lorok, Kecamatan Ngadirojo menunju ke Kecamatan Kebonagung. Kami berangkat kira-kira jam 10 pagi. Menyusuri JLS, sesekali suamiku menghentikan laju motornya untuk sekedar menepi, memandangi debur ombak dan pasir putih pantai selatan yang indah ini. Menuju Kebonagung dari Lorok ada beberapa pantai indah yang bisa kita lewati yakni Pantai Taman, Segoro Anakan, Sidomulyo, Soge, Pidakan dan Pantai Wawaran. Kebanyakan pantai ini belum dibuka sebagai obyek wisata resmi sehingga kita bebas masuk tanpa dipungut biayaJ.

Jam 11.45 kami tiba di Desa Mantren setelah kurang lebih 1 jam kami berkeliling Desa Worowari terlebih dahulu. Desa Mantren ini berlokasi kurang lebih 5 km dari Desa Woro Wari. Infrastruktur di Desa Mantren ini lebih baik dibandingkan dengan Desa Woro Wari, contohnya adalah jalan aspal dan beberapa operator seluler di Desa ini. Maka tak terlalu sulit untuk bisa berkomunikasi melalui telepon genggam di Mantren, tidak seperti di Woro Wari yang hanya bisa menangkap sinyal salah satu operator saja.

Desa Warowari dan Mantren dipilih sebagai lokasi program rural karena potensi gula kelapa yang belum maksimal dimanfaatkan warga desa kala itu. Kondisi masyarakat terutama petani gula yang kebanyakan pra sejahtera juga menjadi alasan pemilihan lokasi. Dulu aku hanya mendengar cerita atau membaca laporan program dari pendamping program, bagaimana medan terjal dan minimnya infrastruktur di desa tersebut. Kini aku mengalaminya sendiri, perlu ketrampilan ekstra dalam berkendara motor melintasi 2 desa ini, jika tidak ingin terjadi kecelakaan tunggalJ, mengingat lokasi desa yang berada di atas perbukitan.

Sesampainya di Desa Mantren kami mengunjungi rumah mitra sekaligus Ketua Koperasi ISM Manggar Sari, Pak Khoirul Huda. Pak Irul, panggilan akrab Khoirul Huda masih selalu bersemangat bercerita tentang bagaimana suka duka menjadi penggerak bagi komunitas pengrajin gula kelapa. Memang sejak 2006 program pemberdayaan petani gula kelapa yang digagas Dompet Dhuafa (Masyarakat Mandiri) hingga 2008 telah membawa dampak positif bagi kemandirian komunitas petani gula di Woro Wari dan Mantren. Terselip di memori Khoirul bagaimana sulitnya pendamping program melakukan sosialisasi awal program, mengajak petani gula untuk melepaskan diri dari jeratan rentenir, berdikari untuk memajukan usaha dan kelompoknya. “Masih selalu inget aja mbak, gimana Mas Gito dan Mas Rudi (red pendamping lapangan program) diancam pake golok sama juragan gula kelapa yang merasa rezekinya terancam karena ada program ini, tapi saya yakin itu cuma kekhawatiran sesaat saja, Alhamdulillah seiring dengan berjalan waktu kita bisa merangkul juragan kelapa itu untuk bisa mendukung dan bekerja sama dalam program ini, papar Khoirul. Kini pasca 5 tahun berakhirnya masa pendampingan mitra gula tetap solid. Mereka tetap konsisten untuk mempertahankan kualitas gula dan menjualnya ke Griya Gula Kelapa yang dipunyai oleh Koperasi ISM Manggar Sari. Selain menjual gula kelapa berkualitas, mereka juga mampu hasilkan produk turunan gula kelapa yakni gula semut aneka, yang kini mulai diminati banyak kalangan. Griya Gula Kelapa kini menjadi sentra penjualan gula kelapa sehingga mitra dapat menentukan harga sendiri tidak lagi bergantung kepada juragan/rentenir. Dengan koperasi sebagai wadah kelembgaan lokal di komunitas juga dapat memperoleh berbagai bantuan kerjasama dari pihak lain selain Dompet Dhuafa. Dan ini tak lepas dari kiprah Khoirul sebagai kader lokal yang menggantikan tugas dan peran pendamping pasca exit program. “Kadang saya capek mbak, ternyata mengambil alih tugas pendamping itu tidak mudah ya. Mensolidkan mitra, menghidupkan koperasi, dan mencari pasar gula. Belum lagi kalo harus menghadapi ulah juragan yang tidak bersaing secara sehat dengan manjatuhkan harga gula kelapa. Wah, saya sampe gak enak makan (dan) tidur rasanya Mbak, tutur Khoirul.

Kalimat demi kalimat mengalir dari Pak Khoirul ceritakan kisahnya berjuang bersama petani gula di Kebonagung. Di sela perbincanganku bersama Khoirul datang pembeli gula. Bergegas Khoirul dan beberapa orang mitra melayani pembeli tersebut dan mengajaknya ke Griya Gula Kelapa untuk memilih sendiri gula yang diinginkan. Aku pun ikut serta menyambangi Griya Gula yang diresmikan 2009 bersamaan dengan exit program itu. Mengamati aktivitas di Griya Gula ini ada rasa haru menyeruak dalam diriku. Betapa ikhtiar ini dapat memberikan manfaat bagi petani gula kelapa. Aktivitas pendampingan yang telah selesai sejak 2008 masih berbekas disini, masih ada mitra petani gula kelapa yang tanpa lelah dan bosan memanjat pohon kelapa, menyadap nira, mengolahnya menjadi gula kelapa dan menjualnya ke koperasi. Masih ada seorang Khoirul yang rela bekerja untuk kesejahteraan petani gula kelapa. “Kalo saya mulai capek ngurusin koperasi dan griya kelapa ini, saya kembali ke niat saya mbak, saya melakukan ini semua untuk ibadah. Dan kemudian saya kembali bersemangat, saya pun bisa semangati pengurus dan mitra lain untuk terus berjuang. Bagaimanapun juga amanah ini akan terus kami jaga dan pelihara, ujar Khairul menutup perbincangan. Aku pun mengamini, semoga nilai-nilai pemberdayaan terus bersemi disini. Tak lupa doaku terselip kepada para donatur yang telah mempercayakan dana ziswafnya dikelola di Dompet Dhuafa, semoga kami pun senantiasa amanah mengelolanya untuk kesejahteraan dhuafa. Salam Gelombang Ekonomi Zakat! (Dessy Sonyaratri)

{fcomment}

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Scroll to Top