Berbekal Ubi Jalar,dari Kuningan Menuju Rotterdam
Program Ketahanan Pangan untuk memberdayakan petani ubi jalar di Kabupaten Kuningan telah memasuki tahun ketiga. Proses pemberdayaan di wilayah Jawa Barat itu telah melalui dua dari tiga tahapan utama yakni pembentukan kelompok dan penguatan kelembagaan. Sekarang, program memasuki tahapan terakhir: pemandirian kelembagaan lokal. Tahap ini memiliki peran penting dalam menentukan keberlanjutan program setelah pelepasan (exit) dari proses pendampingan.
Tahapan pemandirian menitikberatkan pada tiga hal utama pada kelembagaan lokal yaitu kemandirian finansial, kemandirian manajemen dan sinergi dengan beragam stakeholder. Perlahan, dan kini mulai terlihat dampaknya, kelembagaan lokal yang telah terbentuk dengan nama ISM Mandiri Barokah telah memiliki sumber penghasilan sebagai cikal-bakal kemandirian finansial. Dana bagi hasil dari pembiayaan 12 kelompok dan 6 unit bisnis yang menjadi asset ISM menjadi penopang kemandirian lembaga lokal yang memiliki 116 mitra dampingan.
Seiring dengan proses pendampingan yang intensif dan semangat belajar dari mitra, kader-kader ISM mulai memiliki skill dasar manajerial usaha dan administrasi kelembagaan. Berbekal skill dasar dan kemauan kuat dari kader untuk terus belajar menjadikan mimpi ISM menuju lembaga lokal yang profesional mampu terakselerasi.
Kemandirian dan pengembangan sebuah lembaga lokal mutlak membutuhkan sinergitas jaringan dengan beragam stakeholder. Terlebih lagi lembaga lokal yang bergerak di bidang ekonomi. Kemampuan membangun jaringan kerjasama sangat mempengaruhi perluasan peluang pemasaran, pengembangan usaha dan investasi baru. Memasuki tahun ke-3, ISM telah mampu merintis sinergitas baik dari instansi pemerintahan dan juga kalangan bisnis. Beberapa sinergi program yang telah dimiliki ISM di antaranya menjadi bagian dari Program One Village One Product (OVOP) Kementerian Perindustrian RI.
Berangkat dari program OVOP tersebut, melalui program pemberdayaan petani ubi jalar di Kuningan itu, Masyarakat Mandiri memperoleh kepercayaan menjadi calon program Regional Economic Development Support (REDs) Linkage. Program kerjasama antara BAPPENAS dan NESO Belanda ini bertujuan untuk memperkuat sumber daya manusia yang concern dalam pengembangan ekonomi lokal. Kepercayaan tersebut bertolak dari ikhtiar Masyarakat Mandiri melakukan proses pemberdayaan dan pembentukan kelembagaan lokal dengan basis potensi lokal ubi jalar di Kabupaten Kuningan.
Melalui serangkain seleksi oleh BAPPENAS dan UGM, perwakilan Masyarakat Mandiri dinyatakan lulus dan menjadi bagian dari Tim REDs Kabupaten Kuningan. Anggota tim yang berjumlah tujuh orang tersebut berasal dari BAPPEDA Jawa Barat, BAPPEDA Kuningan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kuningan, Dinas Pertanian Kuningan, IKM lestari Kuningan dan MM yang diwakili Nur Hamdani S., seorang pendamping program di Kuningan.
Secara khusus, pembentukan Tim REDs ini bertujuan merancang dan menjalankan action plan dalam kerangka akselerasi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Kuningan. Konsep action plan yang dibuat mengacu pada dua hal yakni penguatan kelembagaan lokal dan pengembangkan komoditas unggulan daerah.
Untuk mendukung perancangan action plan tersebut, Tim REDS berkesempatan mendapatkan shortcourse pengembangan ekonomi lokal di UGM Jogjakarta pada tanggal 30 Oktober-10 November 2010 dan di IHS Erasmus University Rotterdam pada tanggal 15 November – 3 Desember 2010.
Nurhamdani S., Editing Hery D. Kurniawan
{fcomment}
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!