Kami Bebas Dari Hutang
“Kalau dulu saya ngutang dulu ke pengepul. Sekarang sudah ada ISM, saya gak lagi ngutang. Biaya sekolah anak gak lagi dari hasil ngutang,” ujar Turinah. Turinah adalah salah satu mitra penerima manfaat program Klaster Mandiri Kulon Progo DIY yang laksanakan oleh Masyarakat Mandiri (MM) -Dompet Dhuafa (DD).
Program Klaster Mandiri dilaksanakan pada tahun 2011-2014 di lima propinsi salah satunya di Kulon Progo, Derah Istimewa Yogyakarta. Program klaster mandiri kulon progo sejatinya sudah selesai atau exit program pada akhir tahun 2013.
Sejak dimandirikan semua pengelolaan di ‘serahkan’ kepada Koperasi ISM Gempita Mandiri yang memang sengaja dibentuk untuk melanjutkan program secara mandiri oleh masyarakat. Selama 1 tahun setelah exit, koperasi telah membuktikan diri mampu meneruskan estafet pengelolaan program dan mampu memberikan manfaat untuk mitra.
Tursinah merupakan mitra yang merasakan manfaat keberadaan koperasi. Turinah adalah mitra pembuat gula kepala, seharinya rata-rata memproduksi rata-rata 3-4 kilogram (kg). Setelah mencapai sekitar 14 kg yang biasanya didapat dalam tiga hari, Turinah menjualnya melalui koperasi ISM Gempita Mandiri dengan harga yang lebih tinggi dari harga pengepul.
“Harga satu kilonya Rp 16 ribu. Itu harga yang sekarang setelah adanya koperasi ISM (Gempita Mandiri). Kalo di pengepul (hanya) Rp 15 ribu per kilo,” terangnya.
Usaha pembuatan gula kelapa ia lakukan bersama suaminya. Suami Tursinah , Tukijo bertugas mengambil nira kelapa sebagai bahan baku pembuatan gula. Dalam sehari Tukijo paling tidak memanjat 15 pohon kelapa di kebun di sekitar rumahnya. “Saya tidak pakai alat pengamanan pas naik. Alhamdulillah sampai sekarang belum pernah jatuh,” ujar pria yang telah melakukan aktivitas panjat pohon kelapa sejak usia 14 tahun ini.
Mengambil nira kelapa merupakan proses awal memproduksi gula semut. Nila yang telah diambil Tukijo dari pohon kelapa setelah seharian ditimbun selanjutnya diproses oleh Turinah di dapur.
“Proses pembuatan gula semut setelah nira selesai dideres (diambil dari pohon kelapa) itu disaring. Lalu ditaruh di dalam wajan terus dipanasi selama 3 jam sampai mengental. Habis itu ditiriskan kemudian diaduk sampai kering,” jelas Turinah.
Tursinah dan Tukijo sekarang merasakan manfaat setelah menjadi anggota koperasi. Selain mendapatkan dukungan berupa modal uang, ia juga mendapat dukungan peralatan produksi seperti wajam, saringan, dll.
“Kalau dulu saya ngutang dulu ke pengepul. Sekarang sudah ada ISM, saya gak lagi ngutang. Biaya sekolah anak gak lagi dari hasil ngutang,” ujar ibu tiga anak ini.
Rasa kebersamaan dan pengetahuan baru pun didapat Turinah selama menjadi penerima manfaat. Hal ini lantaran pemberdayaan ekonomi Dompet Dhuafa berbasis komunitas. Dalam program pemberdayaan yang di lakukan oleh MM-DD dibentuk hierarki organiasi dari mulai kelompok yang terdiri dari 5-10 mitra, kemudian di atasnya ada iInduk yang terdiri dari minimal 2 kelompok dan paling tinggi adalah koperasi.
Dalam setiap hierarki di lakukan pertemuan ari mulai pertemuan mingguan sampai bulanan. Selai itu juga ada tenaga pendamping yang mendampingi usaha mitra, ini memudahkan penyelesaian masalah-masalah yang terjadi.
Melihat potensi yang masih luas untuk mengembangan usaha gula kelapa, program Klaster Mandiri kulon progo di lanjutkan dengan program pengembangan gula kelapa. Diharapkan dengan program ini aka mampu meningkatkan jumlah produksi dan memperluas akses pemasaran. Sehingga mitra seperti Tursinah dan Tukijo bisa mandiri secara ekonomi. {fcomment}
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!