Ternak adalah Aset Paling Berharga

Waktu menunjukkan pukul 2 siang lebih 16 menit. Suasana terasa sangat pengap dan gelap. Rintik hujan kecil tapi merata dan sepertinya masih enggan untuk berhenti. Kabut putih di atas bukit nampak betah mengisi sela sela pepohonan yang rindang. Sempurna sudah cuaca siang itu sangat terasa dingin menusuk kulit di sekujur tubuh. Baju tebal dan jaket kulit tidak sanggup untuk melindungi badan dari rasa dingin.

Pa, kamarana ieu domba, geuning sesa sapuluh deui ?”(Pak, kemana ini domba, kok, sisa sepuluh lagi ?), sapaku memulai perbincangan. “MInggon kamari nembe diical kanggo beberes rumah sakit. Istri ngalahirkeun kembar nanging aya masalah. Seep 60 puluh juta” (Minggu kemarin baru dijual untuk membereskan urusan rumah sakit. Istri melahirkan kembar tapi ada masalah. Habis 60 juta), jawab Pak Ocin, seorang mitra peternak. “Sabaraha hiji anu diical ?” (Berapa ekor yang dijual ?), timpalku. “Tilu puluh, pa ?” (Tiga puluh, Pak), jawabnya. Itulah sekelumit perbincangan saya dengan salah seorang mitra peternak pemberdayaan di Garut, Jawa Barat.

Obrolan singkat antara saya dengan salah satu mitra program pemberdayaan peternak wilayah Kabupaten Garut adalah salah satu dari sekian banyak obrolan saya dengan mitra peternak penerima manfaat. Tergambar secara nyata bahwa ternak merupakan asset produktif yang sangat berharga bagi masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki tabungan. Bagi mereka ternak adalah tabungan yang akan mereka ambil (jual) apabila ada kebutuhan mendadak dan darurat, bagi mereka ternak adalah asset produktif untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bagi mereka ternak adalah senjata paling ampuh untuk melawan segala tantangan hidup yang kian menggurita.    

Selain sebagai tabungan untuk kebutuhan darurat ternak juga merupakan asset paling produktif yang dimiliki oleh mitra peternak. Sebagaimana penuturan Pak Ocin di atas, jumlah ternak yang dia miliki sebanyak empat puluh ekor. Jumlah tersebut hasil pengembangan dari lima ekor induk betina dan satu ekor pejantan yang diberikan oleh Paguyuban Al Awwaliyah Garut, sebuah lembaga lokal yang menaungi seluruh kelompok peternak domba garut binaan divisi peternakan Karya Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Pak Ocin menerima keenam ekor domba garut tersebut pada tahun 2012 atau saat ini baru menginjak tahun keempat. Dengan semangat yang tinggi dan pendampingan yang intensif ternak yang dipelihara Pak Ocin menjadi lebih dari 60 ekor. Dari jumlah tersebut, Pak Ocin sudah mampu membeli tanah, memperbaiki rumah, menyekolahkan anak-anak, dan yang terakhir mampu membiayai persalinan istrinya yang menghabiskan dana sebesar 60 jutaan rupiah. (Ajat Sudarjat)

 

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.