Survei Analisis Kebutuhan Program Kampung Ternak Domba Berdaya Subang

SUBANG – Studi tahap awal untuk membuat perencanaan teknis program sebelum dilaksanakan program pemberdayaan yaitu need assessment (analisis kebutuhan). Kegiatan kajian untuk mengumpulkan beberapa informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan program seperti lokasi program, calon pelaksana teknis program, potensi pasar, pihak-pihak terkait serta semua sumber daya yang mendukung berjalannya program.

Karya Masyarakat Mandiri (KMM) melaksanakan analisis kebutuhan  di Desa Bantarsari Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat. Letak di daerah pegunungan pinggiran Kota Subang dengan sumber daya alam yang masih asri. Desa ini sangat sesuai untuk pengembangan ternak domba. Selain sumber pakan hijauan yang melimpah, masyarakat desa juga sudah terbiasa memelihara domba. Disebabkan pasar di Jawa Barat yang lebih dominan jual beli domba dibandingkan kambing.

Tim KMM memperoleh informasi penting berkaitan dengan usaha peternakan di desa tersebut pada Focus Group Discussion (FGD) dengan para peternak. Hampir seluruh penduduk desa berprofesi sebagai petani dan peternak. Mayoritas penduduk bertani di sawah atau di kebun dan juga memelihara ternak domba sebagai tabungan. Lebih dari 50% peternak berusia muda baik pria maupun wanita.

Jenis domba yang dipelihara umumnya domba garut dan priangan. Beberapa juga ada yang memelihara domba merino dan domba dugul. Ada juga yang memelihara kambing seperti kambing PE dan kambing benggala. Biasanya peternak memelihara domba milik pribadi sebagai tabungan. Ada juga yang memelihara domba milik orang lain dengan skema kerjasama bagi hasil yang disebut “maro”. Sistem pemeliharaan domba yang dilakukan masih secara tradisional, namun para peternak sangat ingin mengetahui cara budidaya ternak domba yang baik serta penerapan teknologi modern dalam budidaya ternak domba.

Kendala yang sering dihadapi peternak yaitu kesulitan memperoleh modal awal untuk melakukan usaha ternak. Biasanya modal awal diperoleh dari tabungan hasil usaha pertanian atau pinjaman dana dari pihak ketiga. Kendala lain yaitu jaringan pasar domba dengan harga sesuai masih sangat kurang. Peternak biasa menjual domba melalui tengkulak dengan harga jauh di bawah harga pasar.

Selanjutnya, usaha peternakan domba yang dilakukan masih individual atau masing-masing. Belum ada kelompok ternak yang terbentuk oleh pemerintah maupun swasta. Ilmu pengetahuan tentang cara budidaya ternak domba yang baik (Good Farming Practice) juga sangat diperlukan. Peternak sangat antusias dan bersemangat untuk mengembangkan usaha budidaya ternak domba di desa sendiri.

Program pemberdayaan ekonomi melalui peternakan domba diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam manajemen usaha peternakan domba terutama bagi para pemuda yang tidak/belum mendapatkan pekerjaan. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan antara lain dengan menjadikan para peternak sebagai subyek perubahan dan membantu mereka agar memperoleh akses sumberdaya permodalan, transfer teknologi, penguatan kelembagaan hingga akses pasar. Program yang berbasis komunitas peternak diharapkan akan mampu meningkatkan daya tawar bagi peternak sendiri. [JAF]

Al Hidayah, Gapokter Berprestasi dari Ciamis

Pagi-pagi ada notifikasi instragram di smartphone, terlihat gambar sebuah piagam penghargaan kepada Gabungan Kelompok Ternak (Gapokter) Al-Hidayah sebagai juara ke 3 lomba agribisnis komoditi Sapi Potong Tingkat Propinsi Jawa Barat 2016. Kaget sekaligus kagum atas prestasi yang telah dicapai oleh Gapokter Al-Hidayah, Gapokter yang terhitung masih muda karena baru berdiri pada 2014. Gapokter ini di bentuk berawal dari program Sentra Ternak Sapi Rancah yang dilakukan oleh Kampoeng Ternak (sekarang Karya Masyarakat Mandiri) dan  Dompet Dhuafa.

Sentra sapi rancah ini merupakan program pemberdayaan masyarakat berbasis peternakan. Program ini bertujuan meningkatkan populasi sapi rancah, meningkatkan pendapatan mitra peternak, dan membangun manajemen perbibitan sapi rancah.  Sapi rancah Sendiri merupakan sapi lokal khas Jawa Barat. Sapi rancah berkembang di masyarakat sepanjang wilayah Priangan Utara dan wilayah Pesisir Selatan Jawa Barat. Populasi sapi rancah yang murni kini mulai berkurang, keberadaannya di tengah masyarakat tersisihkan oleh sapi impor. Untuk menjaga populasi sapi rancah dan melestarikan flasma nutfah asli Jawa Barat ini, Gubernur Jawa Barat melaui Dinas Peternakan Jawa Barat melakukan pengembangan sapi rancah. Hal tersebut pulalah yang mendorong Dompet Dhuafa untuk ambil bagian, dengan memberikan 30 ekor sapi rancah  dan 90 ekor kambing.

Sejak terbentuk, Gapokter banyak menunjukkan kemajuan. Terbukti dari 30 ekor sapi yang diberikan di awal program dalam kini telah berkembang menjadi 60 ekor. Gapokter juga sering mengikuti kontes sapi baik atas nama Gakpokter maupun anggotanya. Kontes yang pernah diikuti antara lain Pesta Patok yang merupakan ajang khusus hewan yang diselanggarakan oleh PemKab Ciamis, kontes Ratu Bibit, Kontes Sapi Potong Lokal dan masih banyak lagi.

Dari sekian banyak kontes yang diikuti delapan (8) diantaranya memperoleh predikat juara. Diantaranya : Juara 3 Lomba Ratu Bibit Kabupaten Ciamis pada tahun 2014, Juara 2 Pejantan Tingkat Kabupaten Ciamis di tahun 2015, Juara 1 Bibit Lokal tahun 2015, Juara 3 Kontes Sapi Potong Se-Jawa barat tahun 2016,  Juara 1 Pejantan Lokal Kabupaten Ciamis 2016, Juara 2dan 3 Sapi Bibit Kabupaten Ciamis dan yang terbaru adalah menjadi juara 3  Lomba Agribisnis Komoditi Sapi Potong Propinsi Jawa Barat.

Sebuah kebanggaan bisa mendampingi mereka, peternak- peternak yang punya semangat dan etos kerja  tinggi. Tahun ini Program berakhir dan akan dilakuan aset reform, selanjutnya Gapokter akan berjalan mandiri namun tetap dibuka komunikasi. Pemkab Ciamis juga berkomitmen bersama masyarakat untuk mengembangkan Gapokter  dengan Sapi Rancahnya. Harapan besar Gapokter terus berkembang sehingga mampu berprestasi lebih tinggi dan lebih banyak memberikan manfaat. Semoga (KMM/SM)

Silih Asih Gerakkan Perekonomian Wanoja

Wanoja sebuah desa yang terletak di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Brebes, Jawa Tangah. Wanoja terdiri dari tiga desa ini terdiri dari 6 kampung yaitu Wanoja, Panawuan, Babakan, Kandayakan, Ciwindu,dan Bandawati. Berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat dan kecamatan Banjarharjo di sebelah utara, desa Pasirpanjang disebelah timur, Desa Windusakti/Tembongraja sebelah selatan dan sebelah barat dengan Desa Capar.

Mayoritas penduduk Wanoja bermata pencaharian agraris, dengan padi sebagai sumber utama dan juga menyadap getah pinus. Kondisi sosiologi dan Potensi yang besar bidang pertanian yang menjadikan Dompet Dhuafa tertarik membuat program pemberdayaan berbasis masyarakat pedesaan. Tahun 2009, Dompet Dhuafa bersama Pertanian Sehat Indonesia (sekarang Karya Masyarakat Mandiri) menggelontorkan program Lumbung desa di Desa Wanoja.Program Lumbung desa  menawarkan cara pandang mengenai desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Lumbung desa mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat desa terus meningkat, kemiskinan terkurangi, menguatnya aset desa, meningkatnya produktifitas lahan dan semakin menguatkanya kapasitas masyarakat desa dalam berbagai hal.

Sejak digulirkannya, program telah banyak mengalami perkembangan. Salah satu yang telihat nyata adalah berdirinya Koperasi Silih Asih atas inisiatif masyarakat. Selam ini Koperasi Silih Asih berperan dalam penyediaan saprotan hingga pasca panen. Sejarah panjang mengiringi berdirinya koperasi yang berawal dari program pemberdayaan pertanian, proses pendampingan dan penyadaran hingga proses terbentuk. Koperasi Silih Asih kini menjelma menjadi motor penggerak ekonomi petani di Wanoja.

Koperasi Berperan besar dalam penyerapan (membeli) gabah petani dengan konsep lumbung desa. Adi yang diserap tidak di jual semua namun sebagian di simpan sebagai sebagai cadangan pangan desa. Hasil penjulan beras pada akhirnya akan menjadi pendapatan tambahan bagi petani anggota yang akan di bagikan setiap tahun dalam Rapat Anggota Tahunan sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU). Total penyerapan panen mencapai 75 ton mitra petani dan 20 ton dari luar. Omset koperasi mencapai Rp. 472.056.500,- dengan laba bersih Rp. 25.299.666,-.

Keberhasilan Koperasi Tidak lepas dari proses pendampingan intensif yang dilakukan. Pendampingan ini menempatkan seorang pendamping (filed officer) yang tinggal bersama masyarakat. Pendamping berperan menyadarkan, mengarahkan dan sebagai problem sover ketika terjadi permasalahan. Proses penyadaran membutuhkan waktu, namun dengan keberadaan pendamping di wilayah dampingan membuat proses berjalan lebih cepat. (KMM/SM)

 

Pemberdayaan, Ikhtiar Sejahterakan Masyarakat Halmahera

Pengembangan ekonomi berbasis pemberdayaan masyarakat perlu dikembangkan dan mendapat perhatian. Pemberdayaan mengembangan pola partisipatif atau atas dasar kesadaran masyarakat sehingga perubahan ekonomi lebih mudah dicapai. Proses penyadaran terhadap masyarakat ini lah yang manjadi acuan karena perubahan akan berjalan dengan baik jika ada keinginan kuat dari masyarakat untuk berubah. Ini menjadi titik tekan yang harus fahami setiap instansi yang ingin melakukan pemberdayaan kepada masyarakat.

Perkembangan ekonomi di daerah timur Indonesia mulai bergeliat, namun terkesan lambat jika dibandingkan wilayah lain. Upaya sudah dilakukan pemerintah dengan program-program pengembangan ekonomi masyarakat. Mulai bantuan hibah, bantuan bergulir hingga program-program berlabel pemberdayaan. Tidak hanya pemerintah, NGO dan swasta pun  turut terjun untuk memberdayakan masyarakat dengan bermacam model dan bidang yang dibutuhkan masyarakat.

Karya Masyarakat Mandiri (DD) bersama Dompet Dhuafa (DD) tidak ketinggalan dengan menggulirkan program-program pemberdayaan di wilayah timur Indonesia. Salah satu program yang saat ini sedang berjalan adalah program pemberdayaan berbasis peternakan di Desa Tafasoho, Kecamatan Malifut, Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara. Program memberika Permodalan, produksi ternak, distribusi, manajemen usaha kelompok dan koperasi peternak, peningkatan keterampilan, sikap, dan perilaku peternak, mediator akses sarana dan prasarana ekonomi, dan pemasaran produk. Modal usaha disalurkan dalam bentuk pembiayaan bagi pengembangan peternakan masyarakat yang dikelola secara terpola, terpadu dan berkesinambungan sehingga menumbuhkan iklim kewirausahaan masyarakat.

Tujuan utama dari program ini merupakan program pengembangan ternak sapi Bali. Dengan menjadikan masyarakat sebagai sasaran. Ini memerlukan strategi agar program bisa berlanjut meskipun sudah dimandirikan. KMM-DD menerapkan strategi pendampingan intensif dengan menempatkan pendamping (field officer) yang memiliki kemampuan manajerial yang baik, mampu membangun komunikasi dengan masyarakat dan faham mengenai budidaya ternak. Dengan penempatan pendamping diharapkan pola pemberdayaan akan lebih terarah. Ketika terjadi permasalahan pun, pendamping bisa langsung mengambil perannya sebagai problem solver.

Selain pendampingan intensif, strategi yang lakukan sistem perbibitan di masyarakat atau dikenal dengan istilah village breeding system (VBS). Dalam VBS memiliki ciri khas dan persyaratan berupa pencatatan (recording) yang ketat. Strategi lainnya adalah sistem pemeliharaan secara intensif (di dalam kandang) dengan kandang koloni. Ini untuk memudahkan pengontrolan perkembangan ternak.

Program yang digulirkan tahun 2014 ini, manfaatnya sudah dirasakan oleh masyarakat. Dari 43 ekor sapi bali yang digulirkan di awal program sekarang sudah berkembang menjadi 56 ekor sapi bali yang tersebar di 3 kelompok dengan melibatkan 30 KK.  Dukungan masyarakat pemerintah menjadi modal tambahan bagi program untuk berkembang. Pemerintah Desa Tafasoho menyediakan lahan untuk Kandang koloni. Lokasi kandang tersebut sekaligus menjadi pusat kegiatan mitra, mulai dari pertemuan kelompok, rekording, pengolahan pakan, pusat pelatihan dan menerima tamu. Di lokasi sekitar kandang ditanam hijauan sebagai pakan ternak yang dalam budidayanya memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk alami.  Masing-masing mitra diberikan tanggung jawab terhadap ‘jatah’ lahan yang diberikan, mulai dari penanaman, pemeliharaan, sampai pemanenan.

Saat hari raya Idul Adha, Mitra mendapat kepercayaan untuk pengadaan dan penyaluran program Tebar Hewan Qurban (THK) yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa sejak tahun 2015. Tahun 2016 Gabungan Kelompok Ternak (GAPOKTER) mendapat kuota sebanyak 13 ekor naik 8 ekor disbanding tahun 2015 yang hanya 5 ekor. Kepuasan terhadap kondisi hewan kurban yang menjadikan DD percaya dan memberikan penambahan kuota. Hasil keuntungan dari penjualan hewan tidak dibagi namun digunakan kembali untuk menambah populasi. Komitmen yang dibangun bersama secara partisipatif oleh anggota.

Kesadaran tidak begitu saja terbangun, namun membutuhkan waktu lama dengan dinamika yang terjadi dalam kelompok. Namun semua berhasil dilewati, sekarang masyarakat mulai menikmati hasil sedikit demi sedikit. Masih diperlukan proses yang panjang, namun komitmen masyarakat dan stakeholder terkait untuk meneruskan program ini menumbuhkan optimisme baru bahwa kelak Tafasoho akan dikenal sebagai sentra sapi Bali. Semoga… (Saiful/Slamet)

 

 

 

 

Sarendeg Saigeul Gelar Pelatihan Pasca Panen Padi Merah

PANDEGLANG-Anggota Paguyuban Sarendeg Saigeul yang merupakan mitra dampingan Karya Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa mendapatkan pelatihan penanganan pasca panen padi merah. Acara yang di gelar pada (14/10) di Balai Pertemuan Petani  yang berlokasi di Kampung Turalak, Desa Ramea Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten di mulai pukul 13.00 WIB. Pelatihan  di ikuti 20 peserta anggota paguyuban yang merupakan perwakilan  dari 10 kelompok.

Pelatihan dibimbing oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Padeglang. Pelatihan meliputi teori dan praktek pengukuran kadar air pada gabah, sanitasi, pengaturan sirkulasi ruangan gudang dan pengemasan. Melalui pelatihan ini di harapkan  para petani anggota Paguyuban Sarendeg Saigeul mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang  tata produksi padi menjadi beras muai dari waktu panen hingga pemasaran.

Tujuan pelatihan sendiri adalah untuk meningkatkan pengetahuan anggota paguyuban sarendeg saigeul tentang tatakelola produksi dan penanganan pasca panen padi merah. Selain itu diharapkan juga  adanya peningkatan mutu produksi padi merah menjadi beras yang berkualitas dan bermutu tinggi sehingga mampu bersaing di pasaran. Penyimpanan pada pasca panen berperan penting dalam mempertahankan kualitas hasil pertanian, pengaturan kelembaban dan temperatur  ruangan penyimpanan di butuhkan untuk memperlambat penurunan kualitas pada padi merah. (KMM)

“Du Crija” Jamur Crispy Khas Sragen

Anik Purwanti (34) merupakan seorang sosok wanita yang bisa menjadi contoh buat kaum ibu yang ingin berwirausaha. Wanita yang pernah mengadu nasib menjadi TKW di beberapa negara antara lain Singapura pada tahun 2003-2004 (2 tahun) dan Hongkong pada tahun 2004-2009 (5 tahun) sekarang sudah bisa tersenyum manis. Kerja kerasnya selama ini mulai memberikan hasil dan membuka harapan untuk masa depan keluarganya.

Rumah produksi Jamur Crispy milik Bu Ani terletak di Kedung Panas, RT 18 RW 09 Kecamatan Ngrampal Sragen, Jawa Tengah. Rumah produksi ini merupakan hasil inisiasi PT KMM-Dompet Dhuafa melalui program pendampingan BMI Sragen. Tidak hanya rumah produksi, sertifikasi PIRT (Pangan industri Rumah Tangga) dan sertifikasi Halal pun sudah dikantongi ibu satu anak ini. Tentunya bantuan program ini sangat membantu sekali dalam meningkatkan penjualan jamur crispy hasil olahan Bu Anik.

Usaha crispy jamur yang dikelola oleh Mbk Anik perkembangannya cukup baik yaitu tiap hari mampu memproduksi jamur crispy sebanyak 12 kg bahkan sampai 20 kg ketika mendekati hari raya. Satu kemasan produk jamur crispy “Du Crija” mempunyai berat bersih 80 gram  dijual ke konsumen dengan harga Rp 8.000 per pcs. Jamur crispy Du Crija dapat dinikmati dengan beberapa varian rasa antara lain lada hitam, original, pedas, sapi panggang, dan rasa keju. Sampai Bulan Agustus 2016, omset usaha jamur crispy Bu Anik telah menembus omset 9 juta rupiah.

Upaya pemasaran produk ini dilakukan melalui beberapa cara antara lain promosi melalui internet (facebook), mengikuti pameran-pameran, dan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang tertarik untuk menjadi reseller. Beberapa sampel produk Jamur Crispy telah memasuki wilayah Tiongkok dan Hongkong untuk penjajakan pemasaran disana. (KMM/Budi/marisd)

KMM Manfaatkan Teknologi Aplikasi Untuk Sejahterakan Petani

Kemajuan teknologi informasi telah dirasakan manfaatnya dan berkembang di segala bidang termasuk pertanian. Teknologi informasi diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada sektor budidaya pertanian terutama informasi harga, pasar dan teknologi budidaya. Kehadiran aplikasi teknologi informasi untuk petani diharapkan mampu memberikan solusi dan efisiensi usaha budidaya pertanian.

Karya Masyarakat Mandiri (KMM) sebagai Corporate Enterprise yang konsen dalam pemberdayaan pertanian menyadari bahwa pemberdayaan termasuk bidang pertanian perlu terintegrasi dengan teknologi.  KMM menjalin kerjasama dengan Eragano, salah satu vendor penyedia aplikasi teknologi informasi. Aplikasi eragano menyediakan fitur yang bisa dimanfaatkan petani untuk melakukan budidaya. Fitur-fitur tersebut antara lain  Fitur jadwal tanam yang mengatur jadwal kegiatan budidaya, dosis penggunaan pupuk dan pestisida dan jadwal panen. Fitur pembelian berguna untuk membantu petani mendapatkan sarana produksi dan aplikasi pelaporan jika terdapat kendala hama dan penyakit melalui aplikasi. Saat ini aplikasi Eragano sampai dengan saat ini berjumlah 100 orang, terkonsentrasi di daerah Pangalengan – Bandung

KMM tahun ini mulai menerapkan penggunaan aplikasi eragano untuk program Green Horti –Mustahik Move to Muzakki (M3) Program Kerjasama antara KMM dan Dompet Dhuafa di wilayah Cipanas, Cianjur. Sosialisasi telah dilakukan Rabu(24/08) di bertempat di Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. Sosialisasi dihairi langsung oleh Aris Hendrawan selaku co Founder eragano. setelah sosialisasi akan dilakukan ujicoba penggunaan aplikasi pada 10 petani anggota Paguyuban Sumbar Jaya Tani Dampingan KMM.

Dengan pemanfaatan teknologi ini diharapkan petani mampu meningkat produksinya dengan kualitas yang baik. Permasalahan pemasaran yang selama ini masih menjadi kendala dapat teratasi karena eragano akan menyerap komoditas yang proses penanamannya memanfaatkan  fitur yang ada di aplikasi eragano. (KMM/Zahrul/Asep)

 

Pemberdayaan TKI Purna di ‘Bumi Sukowati’

Kabupaten Sragen adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya terletak di Sragen, sekitar 30 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di selatan, serta Kabupaten Boyolali di barat.

Kabupaten ini dikenal dengan sebutan “Bumi Sukowati”, nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen.

Sragen terletak di jalur utama Solo-Surabaya. Kabupaten ini merupakan gerbang utama sebelah timur Provinsi Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Sragen dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Jakarta) dengan stasiun terbesarnya Sragen, serta lintas Gundih-Solo Balapan dengan stasiun terbesarnya Stasiun Salem di Gemolong.

Bagi anda yang pernah melalui Sragen saat mudik, perjalanan dinas, atau keperluan lainnya melalui jalur darat akan disuguhkan oleh pemandangan berupa hamparan sawah hijau yang membentang sepanjang jalur Kabupaten Sragen. Pemandangan ini memberikan sebuah informasi bahwa Sragen manjadi salahsatu kota di Jawa Tengah yang sebagian besar masyarakatnya mempunyai profesi sebagai petani.

Namun profesi petani belum bisa menopang kehidupan masyarakat Sragen. Banyak diantara mereka yang kemudian mengadu nasib keluar negeri menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Sragen menjadi salah satu kota yang menjadi penyalur TKI terbesar di Jawa Tengah. Menurut data yang diperoleh dari BNP2TKI, jumlah TKI yang berasal dari Sragen pada tahun  2015 mencapai 1.100 orang yang tersebar di Hongkong, Malaysia, Taiwan, Korea, dan Jepang. Salah satu sumber bank pemerintah menyebutkan hingga Juni 2015, kiriman uang dari TKI Sragen sudah mencapai Rp 45,350 miliar melalui 10.576 transaksi.

Persoalan buruh migran di Indonesia seakan tidak kunjung usai, sejak proses keberangkatan (pra penempatan), penempatan kerja diluar negeri maupun pada saat kembali lagi ke tanah air (purna). Setidaknya indikator tersebut terlihat dari masih tingginya pemberitaan terkait permasalahan buruh migran (TKI) dalam ketiga proses tersebut dan secara faktual pun hal itu memang benar terjadi.

Dibalik banyaknya persolan yang muncul, tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan buruh migran mempunyai nilai positif yang sangat besar bagi negari ini. Data pusat Penelitian dan Informasi (Puslitfo) BNP2TKI menunjukkan remitansi TKI mencapai 8,6 USD juta atau setara  dengan Rp 119 Triliun. Remitansi terbesar berasal dari TKI yang bekerja di kawasan Asia Seperti Malaysia, Taiwan, dan Hongkong. Disusul dari negara-negara Timur tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirates Arab, Kemudian Amerika dan Eropa serta Australia. Data Puslitfo BNP2TKI juga menunjukkan remitansi yang diperoleh dari TKI setiap tahunnya semakin meningkat.

Sementara itu BNP2TKI tiap tahunnya berupaya terus meningkatkan jumlah penempatan TKI formal dibanding TKI informal. Data per Desember 2015 menyebutkan dari 275.736 TKI yang bekerja keluar negeri, sebanyak 55% adalah TKI yang bekerja di sektor formal, sedangkan 45% sisanya bekerja disektor nonformal. Ini senada dengan rencana strategis BNP2TKI yang terus berupaya meningkatkan jumlah penempatan TKI formal dibanding TKI informal.

Cukup besarnya nilai devisa yang diberikan buruh migran, setidaknya dapat mendorong pemerintah untuk melakukan program pemberdayaan yang terintegrasi khususnya pada saat buruh migran kembali ke tanah air. Hal tersebut agar mereka tidak kembali lagi ke luar negeri atau cukup berusaha didalam negeri dengan fasilitasi stakeholders terkait.

Khusus untuk membantu buruh migran yang telah selesai masa kerjanya di luar negeri, Karya Masyarakat Mandiri – Dompet  Dhuafa turut berpartisipasi atau berkontribusi dengan menginisiasi program pemberdayaan bagi buruh migran purna. Program tersebut selain dalam kerangka advokasi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh buruh migran juga sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya dalam aspek ekonomi. Artinya Dompet Dhuafa berharap buruh migran purna tersebut dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerahnya dalam upaya mendukung usaha dan kemandirian ekonomi keluarga.

Pendampingan intensif menjadi salah satu pilihan bijak sampai pada fase transformasi kesadaran komunitas dampingan untuk berubah dengan sumberdaya mereka sendiri. Dibutuhkan strategi dan komponen program yang tepat agar proses pemberdayaan bisa berjalan seiring dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Kendati demikian, membangun kapasitas individual atau sosial bukan hal mudah, karena masyarakat miskin, lemah pada hampir semua sisi kehidupan. Karena itulah, perlu kesabaran dan waktu yang panjang dalam mewujudkan keberdayaannya.

Agar program bisa berjalan dengan baik,  strategi yang dijalankan untuk mempermudah proses atau kegiatan selama program berjalan antara lain Pendampingan langsung di tengah komunitas (live in & base on community), Program pengembangan ekonomi lokal dengan penumbuhan klaster usaha, Pembentukan kampung TKI berbasis potensi dan komunitas, Peningkatan keterampilan dan penyadaran komunitas melalui pembinaan dan pelatihan terpadu, Bantuan teknis program dalam hal penerapan teknologi tepat guna (TTG), dan Penguatan akses dan jaringan pemasaran.

Beberapa komponen program yang mendukung kegiatan program TKI Purna antara lain Pembiayaan usaha mikro berbasis kelompok dan koperasi, Pengembangan informasi dan teknologi tepat guna, Pemupukan modal swadaya, Pembangunan jaringan dan sinergi, Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, Pengembangan kelembagaan komunitas yang berbadan hukum koperasi, dan Penumbuhan dan penguatan usaha bersama koperasi. (KMM/Marisd)

 

Paguyuban Mitra Jaya Tani Belajar Pertanian Organik Ke IPB

BOGOR. Dinginnya udara pagi dan jarak  tak menyurutkan langkah para 28 petani Anggota Paguyuban Sumber Jaya Tani Cipanas, Cianjur untuk belajar mengenai pertanian organic ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Para petani (23/08) diajak belajar dan kunjungan langsung kelapangan di komplek Agribusiness Development Station (ADS) IPB di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga.

ADS sendiri merupakan  unit perkebunan milik Institut Pertanian Bogor merupakan lembaga bergerak dalam bidang usaha pertanian organic. ADS IPB telah memiliki pengalaman baik dalam bidang budidaya dan bisnis sayuran organik. Selain itu, ADS IPB telah menjalankan konsep pertanian modern yang linier dengan konsep pasar modern saat ini.

Pada kesempatan tersebut petani di ajak berkeliling mulai dari packaging house­ hingga Green House dan diberikan pelatihan pembuatan pupuk cair. Dengan langsung belajar di lapanga diharapkan Petani dan Pengurus Paguyuban mengetahui praktek pertanian modern dalam bentuk pengaturan pola tanam, pemupukan dan pascapanen.

Kunjungan ini sebagain komitmen Karya Masyarakat Mandiri (KMM) dalam dalam memberdayakan masyarakat. Salam proses pemberdayaan selain merubah mainset juga diberikan pelatihan budidaya, penanganan hingga pemasaran sehingga setelah petani mampu mandiri. Program ini merupakan bagian dari Program Green Horti – Move Mustahik To Muzzaki Cianjur, program kerjasama dengan Dompet Dhuafa. Program yang mulai sejak tahun 2015 ini memberikan edukasi mengenai pertanian sehat dan permodalan pertanian  kepada 30 petani di Cipanas, Cianjur. (KMM/Zahrul)

 

Petani Pandeglang Belajar Hazton

Rabu (22/06) Sebanyak 25 orang pengurus Paguyuban Sarendeg Saigeul mendapatkan Pelatihan Teknologi Hazton dan cara membuat mikro organosme lokal (MOL). Pelatihan yang diselenggarakan oleh Karya Masyarakat Mandiri (KMM) Dompet Dhuafa (DD) ini bertempat di balai pertemuan petani di Kp. Turalak, Desa Ramea Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, Banten. Pelatihan dimulai pukul 9 dengan menghadirkan Dadan Hudaya. SP, dari Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Pandeglang.
“Pelatihan ini memang sangat penting di laksanakan, mengingat hasil produksi petani di desa ramea begitu sangat rendah, bayangkan saja dari 1 hektar lahan sawah mendapatkan hasil gabah kurang lebih 1,5 ton / ha.” Tukas Wahyudin pendamping program.

“Hal ini di karenakan kurangnya anakan pada batang padi, sehingga berpengaruh pada peningkatan produktifitas padi di desa ramea, dan saya berharap dengan di laksanakanya pelatihan teknologi hazton dan pembuatan mikro organisme lokal (MOL) ini produksi padi di Desa Ramea ini ke depanya dapat meningkat dari 1,5 ton /ha menjadi 6 ton/ha. ini untuk menopang perekonomian petani dibutuhkan peningkatkan produksi lewat inovasi dan teknologi” lanjut wahyudin.
Hazton merupakan teknik penanaman padi yang menggunakan bibit 20-30 batang per lubang tanam. Dengan teknik ini diharapkan jumlah bibit yang banyak akan menjadi indukan produktif, karena bibit di posisi tengah dan terjepit. Metode ini cenderung tidak menghasilkan anakan, sehingga akan menjadi produktif,
Keunggulan dengan menerapkan teknologi hazton ini antara lain cara penanaman yang lebih mudah namun hasil produksinya berlipat. Selain itu tanaman lebih cepat beradaptasi, tidak stress dan tahan terhadap hama seperti keong mas dan orong-orong
Hazton menjadi metode baru yang mempermudah budidaya padi karena mampu menimalisir penyulaman dan penyiangan. Dengan metode ini pula gabah yang dihasilkan memiliki mutu yang baik (prosentase hama rendah) dan penen lebih cepat (kurang dari 15 hari).
“Petani menyambut baik teknologi Hazton, dan akan menerapkan teknologi secara benar, hanya saja perlu di buatkan demplot untuk teknilogi hazton agar tahapan demi tahapan dalam metode teknologi ini bisa di buktikan dan di pahami dengan benar oleh para petani melalui demplot teknologi hazton, petani sekarang terbuka untuk menerima teknologi terbaru, dengan tujuan menguntungkan’. Ungkap Salman, Ketua Paguyuban Sarendeg Saigeul
Selain itu juga dilakukan pelatihan pembuatan pembuatan mikro organisme lokal (MOL), hal ini di lakukan untuk mendukung teknologi hazton itu sendiri dalam memanfaatkan mikro organisme lokal sehingga dapat menekan biaya pupuk organik.
Pelatihan ini merupakan bagian dari program Community Farming yang dilakukan oleh KMM dan Dompet Dhuafa. Program yang sudah digulirkan sejak 2014 dengan penerima manfaat 100 kk. Program ini petani diberikan modal usaha dan mesin pengilingan yang dikelola oleh paguyuban dan manfaatkan bersama oleh petani.
Program ini diharapkan petani mampu meningkatkan produksi yang akan berimbas pada peningkatan pendapatan petani. (Wahyudin)