Geliat Payung Lukis yang Kian Eksis

Millenium baru menjadi cerita getir pengrajin payung Lukis di Juwiring Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Bagaimana tidak, Payung Lukis yang dulu menjadi kebanggaan dan menjadi sumber mata pencaharian masyarakat lambat laun mulai terkikis. Hingga 2 tahun yang lalu pengrajin payung lukis tinggal 11 orang yang usaianya pun sudah tidak muda lagi. Mereka bertahan semata, supaya budaya payung lukis ini tetap eksis menjadi kebanggaan.

(Baca juga : Ngadi : “Kami Merasa Seperti Yatim Piatu”)

Namun kini, kondisi tersebut pelan-pelan mulai berubah. Pengrajin payung lukis di Juwiring mulai menggeliat. Tekad dan keuletan mereka selama ini mulai membuahkan hasil.  Pesanan payung mulai kembali berdatangan dan beberapa kali mendapat kunjungan dari berbagai instansi. Tahun 2016 produksi payung lukis meningkat dari 2.244 unit menjadi 4.770 unit atau meningkat 113 %. Peningkatan produksi tentu berimbas pada kenaikan omset dari Rp. 75. 500.000 di akhir 2015 menjadi Rp. 247.622.500 di akhir tahun 2016 atau meningkat 69,5 %. Jumlah Pengrajin payung lukis pun sudah mulai bertambah menjadi 25 orang.

Pengrajin payung Lukis melalui Kelompok Ngudi Rahayu juga memperluas jangkauan pasar dengan membuka spot-spot penjualan  bekerjasama dengan toko dan galeri, seperti took cindera mata di alun-alun solo, Toko Mulyo di Jogja dan Jogja Yanis Gallery. Selain itu Kelompok Ngudi Rahayu juga menjalin kerjasama dengan Solo Mataya art and Heritage (even organizer festival Solo), Stupa Indonesia Jogja dan menjadi suplay tetap payung untuk Keraton Yogyakarta. Ngudi Rahayu juga mendapat pesanan  payung untuk festival payung di Thailand. Perubahan teknologi dan pola marketing juga tidak diabaikan oleh kelompok. Saat ini mereka sedang menyusun strategi untuk memperluas pasar melalui marketing online.

Untuk lebih mengenalkan payung lukis kepada generasi muda, Ngudi Rahayu membuka program Eduwisata. EduWisata ini didasari karena semakin banyaknya orang yang tertarik dalam kegiatan melukis payung, khsususnya lembaga-lembaga pendidikan. Kegiatan Eduwisata tidak sekedar berkunjung, namun pengunjung juga diajarkan tentang tatacara membuat payung lukis. Eduwisata cukup diminati didunia pendidikan, beberapa Sekolah disekitar Klaten sudah mulai berkunjung seperti SD Kanisius-Klaten, menerima kegiatan studi eskursi 14 siswa dari SMA Kolese De Britto-Klaten serta mendapat kunjungan dari wisatawan lainnya.

(Baca juga : Lecut Semangat Pemuda Klaten, Lestarikan Kerajinan Payung Lukis)

 

Kelompok Ngudi Rahayu merupakan kelompok yang diinisiasi oleh Karya Masyarakat Mandiri (KMM) sebagai pelaksana Program Pemberdayaan Payung Lukis Juwiring yang merupakan Program kerjasama antara Dompet Dhuafa dengan Asuransi Astra Syariah. Program pemberdayaan payung dimulai pada akhir 2015 dan direncanakan selama 2 tahun. Adapun tujuan program adalah mempertahankan eksistensi kerajinan payung lukis sebagai sumber pendapatan dari sektor ekonomi kreatif dan memunculkan usaha baru berbasis komunitas yang mendorong kesejahteraan masyarakat. KMM sendiri merupakan organ Dompet Dhuafa yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat.

Perubahan yang terjadi para pengrajin Payung Lukis tidak begitu saja terjadi. Pemberdayaan yang dilakukan memberikan beberapa pelatihan dan pendampingan secara intensif. Pendampingan dilakukan oleh seorang pendamping lapangan yang bertugas membimbing, mengarahkan dan membuka jaringan untuk akses pemasaran produk kelompok. Model pendampingan efektif merupakan metode yang efektif dalam proses pemberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat memberikan solusi untuk peningkatan kesejahteraan jika dilakukan dengan serius dan dengan indikator keberhasilan yang terukur. Karena pada hakekatnya Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. (SM/KMM)

Gurihnya Beternak Jangkrik di Sragen

Heru Riyanto (41 tahun) merupakan satu dari tiga puluh orang penerima manfaat Program pemberdayaan TKI Purna di Kabupaten Sragen. Ia tinggal di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung, Sragen. Sehari-hari bapak tiga anak ini   bekerja sebagai buruh bangunan. Ia  pernah merantau mengadu nasib ke Malaysia bekerja di pabrik plywood selama belasan tahun. Sekarang ia memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Malaysia dan memulai usaha ternak jangkrik. Keinginan heru untuk memulai usaha jangkrik didukung oleh sang istri Tumiasih. Ketika Heru sedang bekerja menjadi buruh bangunan, maka istrinya yang mengelola usaha jangkrik dengan memperhatikan manajemen pemberian pakannya.

Pada awal program pemberdayaan dimulai, Heru hanya mempunyai  satu kandang berukuran 1,25 m x 2,5 m x 0,60 m. Kapasitas panen jangkrik yang bisa ditampung dalam kandang tersebut adalah 25-30 kg, yang dihasilkan dari penetasan  2 ons telur. Seiring berjalannya waktu, Heru menambah jumlah kandangnya  menjadi lima unit. Hasil panen jangkrik yang pernah dicapai Pak heru mencapai 23 kg dan 18 kg. “Budidaya Jangkrik merupakan usaha yang prospeknya cukup baik karena permintaan pasarnya cukup tinggi.  permasalahannya pasokan telur yang masih terbatas dan harga pakan (voor) yang cukup mahal” Jelas Heru. “Pernah nyoba mengurangi voor dan memperbanyak sayur-sayuran untuk pakan seperti daun papaya, dan limbah sayur dari pasar, tapi pertumbuhannya malah lambat” lanjut Heru

Selain Heru mitra yang membudidayakan jangkrik adalah Wagianto (43 th) yang juga adlah rekan heru ketika bekerja di Malaysia. Wagianto,yang juga Ketua Koperasi KAMI (Keluarga Migran Indonesia) Mandiri sudah memiliki 11 unit kandang jangkrik di garasi rumahnya. Mulai dengan dari nol sekarang Wagianto sudah mampu memanen 29 Kg jangkrik dari 2 ons telur setiap panennya. Masih susahnya pasokan telur membuat ia mulai. menekuni usaha pembibitan dengan melakukan perkawinan induk jangkrik. Selama ini suplai telur jangkrik diambil dari Kota Solo karena kualitasnya cukup baik dibandingkan dari kota lainnya. Pak Wagianto pernah mengambil telur jangkrik dari Purwodadi, namun telur yang dihasilkan banyak yang gagal menetas.

Wagianto menjadi ketua Koperasi KAMI Mandiri sejak Maret 2015. Inisiasi pembentukan lembaga lokal tersebut dari anggota KAMI yang terinspirasi untuk memiliki koperasi. Wagianto menginisiasi pengadaan telur jangkrik dan pakannya dengan memperkuat peran koperasi sebagai kelembagaan lokal yang memfasilitasi kebutuhan anggota.  Dari pengadaan telur jangkrik dan pakan diharapkan akan ada keuntungan yang bisa didapatkan oleh koperasi.

(Darmansyah)

 

Jajanan Sehat Untuk Anak

Sehatnya jajanan anak menjadi konsen orang tua murid. Maraknya jajanan dengan menggunakan bahan tambahan makanan yang berbahaya bagi kesehatan, membuat resah para orang tua. Mereka kesulitan untuk mengontrol jajanan anak ketika di sekolah.  Perguruan Islam Al Syukro Universal sebagai salah satu penyelenggara pendidikan dari TK hingga SMA. Sekolahan yang beralamat Jl. Otista Raya H. Maung, Ciputat timur ini memahami kegundahan orangtua murid mengenai hal tersebut. Al Syukro mendirikan kantin yang berada di dalam kompleks sekolahan dan mendapatkan pembinaan. Keberadaan kantin diharapkan dapat mengontrol jajanan yang di jajakan pedagang.

Bekerjasama dengan Karya Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, Al Syukro memberikan pelatihan dan pendampingan kepada 10 pedagang kantin. Para pedagang sudah melalui seleksi dan memberikan komitmen untuk menjual jajanan yang sehat di kantin Al Syukro. Pelatihan dilaksanakan pada sabtu (16/04) di Ruang Serba Guna Perguruan Islam Al Syukro.

Pelatihan mengenai Higiene dan Sanitasi Makanan yang disampaikan oleh dr. Sindy Rahmatika dari UPT Puskesmas Ciputat. Pelatihan ini menakankan tentang kebersihan diri saat mengolah, menyiapkan dan menyajikan makanan atau minuman. Selain itu pedagang juga diminta untuk selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti celemek, masker dan sarung tangan.

Pelatihan terhadap para pedagang Kantin Sekolah diadakan rutin minimal setiap enam bulan sekali. Tujuannya adalah untuk memberikan kesadaran kepada para para pedagang akan pentingnya kebersihan makanan dan minuman yang dijual. Dengan demikian maka Kantin Sekolah wajib menyediakan dan menjual makanan dan minuman yang bersih, sehat dan aman bagi para siswa dan guru.

Selain pelatihan para pedagang juga diberikan pendampingan yang dilakukan oleh Karya Masyarakat mandiri. Pendampingan dilakukan agar hasil pelatihan dapat dilaksanakan oleh pedagang dan menjadi problem solver  bagi pedagang yang menghadapi masalah yang terkait dengan dagangannya. (KMM/Slamet/Achyar)

Tingkatkan Keahlian Mitra, Masyarakat Mandiri Gelar Pelatihan Bandeng Presto

Pemberdayaan sejatinya tidak sekedar memberikan bantuan pendanaan modal saja, namun harus dirangkai dengan program berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas dan keahlian mitra penerima manfaat. Peningkatan ini yang akan membantu mitra dalam mengembangkan usaha yang digelutinya.

Masyarakat Mandiri sebagai lembaga yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat sadar betul akan hal tersebut. Di setiap program yang dilaksanakan didalamnya sudah direncanakan beberapa pelatihan untuk meningkatkan keahlian mitra dalam berusaha. Salah satunya adalah program Kelompok Pedagang Makanan Sehat Semarang yang berlokasi di Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara.

Sabtu (28/11) dilaksanakan pelatihan pembuatan Bandeng Presto di Balai RW 03 Kalurahan Tanjungmas, Semarang Utara. Pelatihan ini diikuti 19 orang yang kesemuanya adalah mitra penerima manfaat program. Tujuan diadakannya pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Mitra dalam pengolahan Ikan bandeng, yang nantinya akan menjadi produk dari ISM Mandiri Amanah Sejahtera sebagai Usaha bersama mitra KPMS (Kelompok Pedagang Makanan Sehat).

Pelatihan bandeng mengundang Ibu Darmono, salah satu pengusaha bandeng yang cukup terkenal di Kota Semarang. Produk bandeng tersedia di pusat-pusat oleh-oleh di Kota Semarang. Mengundangnya sebagai pelatih juga sekaligus membuka memudahkan akses pasar untuk usaha bandeng presto.

Secara umum mitra sangat antusias dalam pelatihan. Banyak mitra yang bertanya yang menunjukkan mereka tertarik. Setelah dilakukan evaluasi oleh narasumber, secara umum mitra sudah mampu melakukan proses-proses dalam produksi bandeng presto meskipun masih perlu banyak pengalaman terkait konsistensi kualitas dan penampilan bandeng. Disarankan kepada mitra untuk sering mencoba agar menemukan perpaduan yang sesuai.

Diakhir pelatihan bu Darmono juga memberikan kesempatan kepada 5 orang mitra untuk magang di tempat usahanya gratis. Dengan pelatihan ini mitra diharapkan mampu mendublikasi usaha bandeng presto sehingga bisa meningkatkan pendapatan mereka. (Rudi D.S/Slamet)

 

Komitmen MM Mandirikan Difabel

Program pemberdayaan penyandang difabilitas di Rawa Lumbu, Bekasi memang sudah usai sejak satu tahun yang lalu. Program yang ditujukan untuk memberikan keterampilan dan bekal usaha agar para penyandang difabel ini bisa mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Walaupun program sudah usai, pelatihan pengembangan keterampilan tetap diberikan, sebagai wujud komitmen Masyarakat Mandiri (MM) agar mereka mampu mengembangkan usaha mereka.

Salah satu pelatihan yang diberikan adalah membuat kerajinan tangan berupa pembuatan dompet dari platik reject produk minuman, pembuatan dompet koin dan pembuatan selimut berbahan perca. Pelatihan dilaksanakan di Rumah Puteri, di CitraGran Cibubur Boulevard, Kamis (15/10). Dengan ilmu baru yang mereka dapatkan diharapkan kualitas dan diversifikasi produk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Peserta yang semuanya adalah perempuan, terlihat antusias mengikuti arahan Ari, Trainer dari Rumah Putri. Masing-masing peserta belajar membuat kerajinan berdasarkan minat peserta dari tiga materi yang ditawarkan.

Semangat peserta sampai akhir, bahkan mereka menyampaiakan bahwa ingin belajar lebih lama dengan membuat tas atau dompet yang berkualitas dan bagus. Pelatihan ini akan terus dilakukan,  sampai mereka mahir membuat produk yang inovatif. (Nuy)

 

Berkah Ramadhan, Warung Tenda Takjil Dompet Dhuafa Laris Manis

TANGERANG SELATAN- Saat Ramadhan, bila mendengar kata takjil rasanya sudah tidak asing lagi dikalangan umat muslim yang menjalankan ibadah puasa. Takjil sendiri memiliki makna penyegeraan untuk menyelesaikan puasa atau membatalkan puasa dengan memakan sesuatu. Islam sendiri menganjurkan, ketika waktu berbuka puasa tiba, segera membatalkannya dengan makanan-makanan ringan serta manis seperti kurma, kue, dan lain sebagainya.

Identiknya kata takjil dengan menu berbuka puasa, juga menarik perhatian Dompet Dhuafa, lembaga zakat yang bergerak lebih dari 20 tahun dalam bidang kemanusiaan ini. Melalui jejaring Masyarakat Mandiri (MM), Dompet Dhuafa menggelar Program Warung Tenda Takjil Berkah di yang dilaksanakan di delapan kota, yakni Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Makassar, Medan dan Surabaya. Program yang berlangsung selama Ramadhan ini memberdayakan sebanyak 100 penerima manfaat yakni pedagang kecil yang menjadi mitra binaan Dompet Dhuafa.

Keberkahan berlangsungnya program ini juga begitu dirasakan para pedagang Warung Tenda Takjil Berkah di kawasan Pondok Ranji, Tangerang Selatan. Keramaian pengunjung sudah mulai terlihat ketika 6 pedagang binaan Dompet Dhuafa menjajakan berbagai menu hidangan makanan berbuka puasa seperti gorengan, kue, kolak, susu kedelai, dan nasi pecel. Para pedagang ini menggelar lapaknya pada pukul 3 sore hingga waktu berbuka puasa tiba.

“Alhamdulillah, hingga saat ini, jajanan buka puasa yang dijajakan para mitra binaan rata-rata terjual laris manis. Ini bisa menambah pundi-pundi rupiah mereka dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari,” terang Agus, Koordinator Warung Tenda Takjil Berkah Dompet Dhuafa, beberapa waktu lalu.

Agus menuturkan, tak hanya mitra binaan Dompet Dhuafa saja yang turut meramaikan program Warung Tenda Takjil Berkah ini. Belasan pedagang pun bergabung menggelar lapak dagangan. Tak hanya meramaikan, para pedagang tersebut juga menambah berbagai macam jenis hidangan berbuka puasa lainnya.

“Sebelumnya mereka memang sudah minta ijin juga ke pihak Dompet Dhuafa juga untuk gelar lapak dagangan. Insya Allah jadi berkah juga untuk mereka,” paparnya.

Rencananya, Program Warung Tenda Takjil Berkah di kawasan Pondok Ranji akan berlangsung hingga mendekati H-7 menjelang Idul Fitri. (uyang/DD)

 {fcomment}

 

 

 

Binaan Dompet Dhuafa Berdagang Takjil di 8 Kota

INILAHCOM, Tangerang Selatan – Bulan Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah benar-benar dirasakan oleh para pedagang makanan berbuka (takjil). Setiap sore menjelang berbuka puasa, banyak orang membeli makanan berbuka pada pedagang takjil. Tak pelak hal tersebut menghidupkan roda perekonomian mereka.

Keberkahan Ramadan itu pun dirasakan oleh para pedagang kecil binaan Dompet Dhuafa. Mereka diberdayakan melalui program Warung Tenda Takjil Berkah yang dilaksanakan di delapan kota, yakni Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Makassar, Medan dan Surabaya dengan masing-masing kota sebanyak 100 orang menjadi pemetik manfaat.

Selama Ramadan, sekitar 20 hingga 25 pedagang takjil dari tiap-tiap kota tersebut, akan menawarkan berbagai jenis hidangan berbuka puasa di antaranya, kolak, es buah, bubur kacang hijau, mie ayam, dan menu makanan lainnya.

“Dalam Warung Tenda Takjil Berkah ini ada beberapa kegiatan yang akan dijalankan dan merupakan salah satu bentuk pemberdayaan ekonomi di wilayah dampingan Dompet Dhuafa yang tujuannya untuk meningkatkan penghasilan mitra selama bulan Ramadhan,” kata General Manager Divisi Ekonomi Dompet Dhuafa, Tendy Satrio Jumat (3/7/2015) di Tangerang Selatan.

Lebih lanjut Tendy menjelaskan, konsep Warung Tenda Takjil Berkah adalah kegiatan pemberdayaan ekonomi yang melibatkan kelompok masyarakat kurang mampu di wilayah dampingan. Dalam kegiatan ini ada beberapa aktivitas yang akan dilakukan seperti pelatihan keamanan pangan untuk menciptakan produk-produk pangan yang aman dan halal dijual di warung tenda yang telah disediakan.

“Dengan begitu, pemetik manfaat mendapatkan keuntungan atau benefit di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, yaitu mendapatkan peningkatan kapasitas dan melakukan sebuah aktifitas sosial ekonomi produktif sehingga mendapatkan penghasilan tambahan dengan target minimal Rp 100 ribu per harinya dari program ini,” kata Tendy.

Melalui aktivitas pemberdayaan ekonomi di wilayah dampingan Dompet Dhuafa ini, para pedagang akan mendapatkan bantuan modal. Selain itu, mereka juga mendapatkan sarana dagang seperti tenda, kantong plastik, celemek, dll.

Terkait dengan lokasi untuk berjualan, Dompet Dhuafa pun memberikan dua alternatif pilihan, yakni lapak gratis dan sewa. Prosedur perijinan lokasi berjualan di masing-masing daerah telah diproses oleh Dompet Dhuafa. Penentuan gratis dan sewa suatu lahan itu sesuai dengan prosedur yang telah disepakati.

Para pemetik manfaat program Warung Tenda Takjil Berkah adalah binaan Dompet Dhuafa dalam program pemberdayaan ekonomi yang dikelola jejaring Dompet Dhuafa yakni Masyarakat Mandiri. Namun, tak menutup kemungkinan masyarakat umum pun diperbolehkan untuk turut meramaikan Program Warung Tenda Takjil Berkah ini.

Dalam menjalankan program pemberdayaan ekonomi, Dompet Dhuafa menggunakan konsep pengembangan usaha masyarakat (kelompok) atau community development. Sejak tahun 2000, Dompet Dhuafa telah mengembangkan perpaduan model community development dan mikrofinansial syariah.

Dana sosial yang disalurkan untuk komunitas-komunitas kurang berdaya seperti para pedagang mirko, dipercayakan sepenuhnya pada komunitas sebagai asset reform. Tentu tak serta-merta dana dari zakat, infak dan sedekah diserahkan pada penerima manfaat. Di sinilah peran model community development. Komunitas dibangun, dilejitkan potensi dan energinya agar lebih berdaya. Berswadaya.

“Proses pemberdayaan dilakukan dengan pendampingan. Seorang pendamping dilibatkan di tengah-tengah masyarakat dampingan bertahun-tahun. Penguatan kapasitas digarap, dari intelektual, material sampai manajerial. Seiring pendampingan, keuangan mikro diterapkan. Model-model pembiayaan berbasis syariah dikenalkan,” ungkap Tendy.

Pendampingan di antaranya menghasilkan lembaga lokal yang pada gilirannya menjadi pemegang amanah asset reform dana sosial dari Dompet Dhuafa. Lembaga lokal menerapkan prinsip-prinsip keuangan berbasis syariah. Melalui sistem syariah, dana digulirkan bagi warga sekitar.

Tak hanya warga dampingan yang kemudian mengenal model syariah yang diharapkan membawa berkah. Warga yang lebih banyak lagi pun makin mengenal sistem keuangan alternatif. Mereka selama ini tak memiliki akses pembiayaan pada bank, kecuali bank keliling yang setia mengetuk pintu tiap hari.

“Model syariah dengan pendampingan, membuat mereka memiliki pandangan baru sama sekali tentang pembiayaan. Dana yang dihimpun dari kemuliaan para donatur (muzakki) pun dinikmati penerima manfaat dengan harapan membawa berkah,” jelas Tendy.

Selain itu, hadirnya Program Warung Tenda Takjil Berkah pun mulai dirasakan kebermanfaatannya oleh Samidi (50), salah satu binaan Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, yang juga merupakan pedagang takjil di kawasan Situ Gintung, Tangerang Selatan. Selama Ramadhan, ia mencoba peruntungan dengan berjualan mie ayam sebagai hidangan berbuka puasa. Omset penjualan dirasakannya mampu menambah pundi-pundi rupiah dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Alhamdulillah, pas awal Ramadhan sampe pertengahan ini, dagangan saya cukup laris. Lumayan untuk persiapan lebaran juga, ungkapnya. (inilah.com)

{fcomment}

 

 

 

Ambil Berkah Ramadhan Bersama Program Pemberdayaan Ekonomi Dompet Dhuafa

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Kalimat itulah yang seringkali terdengar di telinga ketika bulan penuh rahmat ini datang. Seluruh umat muslim di dunia begitu menanti-nanti datangnya bulan suci ini. Keberkahan yang melimpah ruah di bulan ini telah dijanjikan oleh Allah Swt untuk umat muslim yang mencari keberkahan atas ridho-Nya.

Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh setan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu surga dibuka hingga tidak ada satu pun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru: “Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan menyingkirlah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka”. (HR. Tirmidzi). Dalam menyambut Ramadhan, Dompet Dhuafa turut menggencarkan keberkahan Ramadhan dengan menyerukan “Ambil Berkahnya” sebagai tema dari setiap program dan acara yang digulirkan. Dengan tema “Ambil Berkahnya”, Dompet Dhuafa mengajak seluruh umat muslim di dunia untuk berbondong-bondong mencari keberkahan dengan membantu kaum dhuafa.

Melalui tema “Ambil Berkahnya” Dompet Dhuafa mengajak umat muslim di Indonesia untuk tumbuh bersama bergandeng tangan wujudkan kemandirian. Kemiskinan yang ada di Indonesia dapat diputus jika kaum dhuafa dapat diberikan modal dan pelatihan untuk hidup mandiri.

Untuk mewujudkan kemandirian yang diinginkan, Dompet Dhuafa dalam program pemberdayaan di bidang ekonomi menjalankan berbagai jenis program. Divisi ekonomi Dompet Dhuafa merancang dan mendayagunakan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) dalam bentuk program pengembangan ekonomi dengan aktivitas memberdayakan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mengangkat harkat hidup mustahik dengan orientasi peningkatan penghasilan. Dengan pemberdayaan, harapannya mustahik memiliki pengetahuan tentang usaha dan mempunyai kemampuan untuk mengakses modal, meminimalkan resiko, mengelola usaha dan mengendalikan aset ekonomi.

Untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Dompet Dhuafa melalui divisi ekonomi membentuk berbagai kegiatan program di antaranya, pengembangan pertanian, peternakan dan perikanan kelautan, pengembangan industri rumah tangga skala mikro dan kecil, serta pengembangan lembaga keuangan mikro yang berbasis perkotaan maupun pedesaan.

Selain itu, dalam mengembangkan ekonomi, Dompet Dhuafa juga memberikan modal untuk usaha mikro dan kecil kepada perseorangan atau kelompok. Pemberian modal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan usaha baru dan atau mengembangkan usaha yang memberikan multiplier effect bagi masyarakat.

Tak hanya memberikan modal, divisi ekonomi Dompet Dhuafa juga mendampingi pelaku usaha kecil untuk meningkatkan kapasitas usahanya. Pendampingan divisi ekonomi berbentuk kemudahan akses pasar dan informasi dalam pengembangan usaha.

Dari data yang diperoleh melalui Pusat Dokumentasi dan Knowladge Management Dompet Dhuafa, jumlah total penerima manfaat program ekonomi berjumlah 6841 Kepala Keluarga melalui enam bidang kegiatan program pemberdayaan masyarakat. (sumber www.dompetdhuafa.org) 

{fcomment}

Workshop Program KPMS Semarang

Dompet Dhuafa bersama jejaring ekonominya Masyarakat Mandiri menggulirkan Program Kelompok Pedagang Makanan Sehat di Kota Semarang lebih tepatnya di Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan mitra penerima manfaat dan memberikan edukasi tentang pentingnya menjual makanan jajanan yang sehat.

Untuk mensosialisasikan program ini Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa (DD) melaksanaan workshop  pada hari Rabu (6/5) di Balai Pertemuan RW.10 Kelurahan Tanjung Mas. Dengan dilaksanakannya workshop ini diharapkan adanya dukungan dari stakeholder terkait. Program memerlukan dukungan dari berbagai pihak untuk keberhasilan dan keberlanjutan program.

Workshop awal program ini Di hadiri oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, Dinas Koperasi dan UMKM kota semarang,  LPPOM MUI Jawa Tengah dan struktur pemerintahan setempat.

Harapan masyarakat tertumpu pada program ini,  seperti yang ungkapkan oleh Mukaromah, “kami berharap kedepanya usaha jualan nasi bisa berjalan lancar dan berkembang, yang tadinya tidak punya warung bisa membuat warung, yang tadinya warungnya rusak bisa segera diperbaiki, yang jualanya sedikit bisa berkembang menjadi banyak, dan tidak lupa untuk kedepannya tempat jualanya bisa sesuai standar yang diharapkan”

Pemenuhan pangan sehat memang sangat mendesak ditengah isu bahan makanan yang mengandung barang ‘haram’. Keuntungan yang melimpah sering dijasikan alasan oleh beberapa oknum pedagang. Dr.Ahmad Izzudin M.Ag Perwakilan LPPPOM mengapresiasi program ini karena program seperti ini menjadi langkah awal yang baik agar mitra bisa mampu berkembang menjadi lebih baik.

“LPPOM MUI sendiri juga sering mengadakan sosialisasi dan pembinaan dalam hal ini mengenai sertifikasi halal, menurut beliau dengan adanya program ini sangat membantu masyarakat untuk memahamkan mereka soal kehalalan makanan, sehingga masyarakat tidak ragu untuk membeli produk mitra,”, ungkap Ahmad Izzudin.

Dari dinas terkait pun memberikan dukungan terhadap program ini. Dinas kopersai membuka pintu untuk produk-produk yang sudah terstandarisasi untuk memberikan pembinaan dan pelatihan pengelolaan usaha dan pengelolaan koperasi. Dinas Kesehatan Kota semarang juga siap membantu dalam menstandarisasi prosuk sehingga laik jual.

Sinergi dan dukungan dari stake holder trkait ini yang akan menjadikan program ini berhasil. Semoga ini menjadi inspirasi untuk negeri. {fcomment}

 

 

 

 

 

Suciah, Tumbuh Bersama Pemberdayaan

Foto : Suciah (baju kuning) sedang melayani pelanggannya/MM

Mentari belum meninyingsih, denyut kehidupan mulai terasa di pasar senggol, para pedagang mulai menata dagangannya. Semakin menjelang pagi, suasana pasar semakin riuh dengan suara tawar menawar barang. Di ujung pasar tampak lapak sederhana berukuran 2×1,5 meter yang terbuat dari bambu, sedang ramai dikerubuti pembeli. Di spanduk tertulis Warung Bu Suciah Mitra Damping PT Karya Masyarakat Mandiri.

Suciah (64) adalah pemilih lapak tersebut. ia setiap hari berjuaaln menu sarapan pagi seperti nasi kuning, gorengan, lontong dan jenis panganan lainnya. Tempat tinggalnya dekat dengan kawasan industri Tanjung Mas, sehingga banyak karyawan kawasan indutri yang berasal dari luar kota kost di kampungnya. Ia melihat itu menjadi sebuah peluang, sehingga ia memutuskan untuk membuka lapak di pinggir jalan.

Ia mengisahkan bahwa awalnya ia memulai usaha bukan karena keinginan ataupun cita-cita. Alas an ekonomi yang membuatnya memantapkan hati untuk memulai usaha “Saya memulai usaha setelah kena PHK, itupun saya tidak langsung berusaha. Tadinya saya ingin ikut kerja cleaning service di pelabuhan tapi anak-anak saya melarang. Sudah istirahat di rumah aja” paparnya.

Karena terbiasa bekerja, dan jika tidak bekerja badan terasa tidak enak kemudian ia memutuskan untuk membuka lapak kecil-kecilan di depan rumahnya. “Awalnya saya membuka lapak di depan rumah dengan meja seadanya. Alhamduillah laris banyak yang beli di situ saya mulai serius berjualan” ungkapnya. Ia sempat berhenti berjualan karena sakit. Setelah sembuh ia membuka usaha lagi, namun ia heran kenapa sekarang warung jadi sepi. Ternyata ada tetangga yang membuak lapak yang sama dengannya.

Bu Ciah, biasa ia dipangil tidak patah arah. Ia melihat sepetak tanah kosong di pinggir jalan kampung yang ramai di lalui para pekerja dan letaknya dekat dengan pasar. “Setelah tau ada tetangga yang berjualan juga, saya melihat dipinggir jalan seberang jumlahnya bu Yanti ada sepetak tanah kosong, ungkapnya

“Tapi saya sempat ragu barang yang saya jual sama dengan barang dagangan Bu Yanti. Tapi memberanikan diri minta ijin ke Bu yanti. Kata Bu Yanti  ‘nggih monggo mboten nopo-nopo’ dari situ saya mulai dagang di tempat yang sekarang” lanjutnya.

Lapaknya selalu diserbu pelanggan setianya, baik warga setempat maupun para pekerja yang hendak berangkat. Kadang dalam sehari ia bisa mendapatkan omzet 500 ribu dari berjualan nasi kuning yang ia buka mulai pukul 05.30 sampai pukul 08.00.

Sejak adanya  program pemberdayaan Kelompok Pedagang Makanan Sehat (KPMS) di wilayah Tanjung Mas Semarang Utara yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa (DD) dan jejaring ekonominya yaitu Masyarakat Mandiri (MM), ia membuka usaha katering. Ia menerima pesanan nasi kuning, hidangan ulang tahun, syukuran dan kue untuk warga yang melaksanakan hajatan.

“Setelah dapat bantuan dari Dompet Dhuafa, saya memberanikan diri membuka catering di rumah di bantu sama anak saya. Jadi kalo pagi buka lapak di pasar sampai jam 8, setelah itu pulang nggak istirahat. Masak lagi buat pesanan katering” ungkapnya. “Alhamdulillah sekarang ada tambahan” lanjutnya.

Usahanya didukung oleh semua anggota keluarga termasuk suaminya. “Kalo belanja biasa bapaknya yang antar jemput. Suami saya kan pensiunan. Pensiunan tukang becak “ cerita Suciah sambil tertawa. Suami Suciah memutuskan berhenti menjadi tukang becak dan lebih memilih untuk membantu istrinya untuk mengembangkan usaha.

Suciah, perempuan ulet di usia yang beranjak senja. Tekad, semangat dan dorongan dari keluarga mengubahnya menjadi perempuan tangguh.

Keinginannya mengembangkan usaha hampir sirna karena ia kesulitan untuk mendapatkan permodalan. Namun sekarang ia bisa tersenyum dalam bekerja dengan adanya tambahan modal dari Program KPMS. Tidak hanya sekedar modal namun ia juga mendapatkan pelatihan keamanan pangan serta pendampingan rutin.

Semangat tumbuh bersama melatari program-program pemberdayaan untuk mewujudkan kemadirian masyarakat.

{fcomment}