Berikut ini adalah artikel yang termasuk kategori Khasanah

Edukasi Pengunjung, Madaya Coffee Adakan Fun Cupping

BOGOR – Cupping adalah metode untuk mengobservasi rasa dan aroma seduhan kopi. Madaya Coffee mengadakan Fun Cupping bagi pengunjung secara senang apa dan bagaimana cupping di kafe Madaya Coffe, Senin (17/10).

Fun Cupping menyajikan 3 sampel (semuanya arabika). Walaupun mayoritas peserta masih awam terkait kopi, tapi ada beberapa hal menarik yang bisa diulas. Hampir semua peserta mampu memilih 1 jenis kopi dengan aroma terkuat. Kopi dengan tanggal roasting terbaru.

Mayoritas peserta juga sudah bisa membedakan, kopi yang asamnya (acidity) lebih kuat, yang sebelahnya manisnya (sweetness) kenceng banget, yang terakhir ada asam, ada manis, dan ada pahitnya. Untuk tingkat kemanisan kopi (sweetness), mayoritas peserta juga mampu memilih 1 cup yang dirasa paling manis. Ternyata itu adalah kopi proses natural.

Peserta juga berceletuk terkait aroma (flavour) kopi, “Sampel A rasa jeruk nipis gak sih?” “Sampel B rasanya seperti buah pisang yaa, oo yaa ada kayak asem jawa juga, ehh bentar ada mirip rasa anggur juga,” sahut yang lain.  “Sampel C ada rasa pahit tapi enak kayak cokelat,” celetuk peserta lainnya yang membuat Fun Cupping lebih seru.

“Kopi yang tadinya dianggap rasanya sama aja pahit, setelah mengikuti Fun Cupping persepsi itu berubah. Ternyata kopi memiliki citarasa yang kompleks dan unik, yang bisa digali sedemikian rupa,” pungkas Azmiril, Sentra Bisnis Usaha, yang memandu acara tersebut. Selamat berjelajah rasa!!! [IRIL]

Desain Program Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan dengan Kajian Pemetaan Sosial

BOGOR – Kegiatan Social Mapping atau Pemetaan Sosial adalah kajian yang bertujuan mendapatkan data atau informasi kondisi sosial ekonomi masyarakat sasaran. Di antara output kajiannya yaitu analisis aset penghidupan berkelanjutan masyarakat baik faktor sumberdaya alam, sumber daya manusia, infrastruktur, sosial kelembagaan serta keuangan masyarakat.

Karya Masyarakat Mandiri (KMM) sebagai entitas perusahaan sosial Dompet Dhuafa melakukan kajian pada suatu wilayah sebelum desain program pemberdayaan komunitas dilakukan. KMM bekerjasama dengan pelaksana program CSR perusahaan untuk menilai situasi kondisi masyarakat sekitar wilayah operasinya.  Wilayah yang pernah dilakukan kajian antara lain di Kabupaten Bogor, Cianjur, Tanggamus dan Sukabumi dan lainnya.

Data hasil pemetaan sosial sangat penting bagi siapa saja yang berkepentingan dalam agenda program pemberdayaan masyarakat. Sehingga proses desain program pemberdayaan masyarakat sasaran dapat sesuai dengan potensi dan masalah serta kebutuhannya. Diharapkan akhir program dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

 

Baca juga: Pemetaan Sosial

 

Kajian Pemetaan Sosial pada umumnya dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif mengacu kepada konsep penghidupan masyarakat berkelanjutan. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara narasumber terstruktur, diskusi kelompok fokus, serta observasi lapangan secara langsung. Selain itu data skunder juga diperlukan untuk memperkuat hasil analisa lapangan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan kajian ini tentu saja perlu adanya dukungan dari berbagai stakeholder komunitas untuk menjadi narasumber. Di antaranya seperti perangkat desa, aparatur pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan agama, pelaku ekonomi lokal seperti IKM/UMKM/kelompok pertanian setempat dan lainnya. [ANH]

Dompet Dhuafa Tebar 11.428 Paket Beras Zakat Fitrah di 8 Provinsi

BOGOR – Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang peduli dengan para mustahik selama ini telah dipercaya oleh masyarakat khususnya para donatur. Pada Ramadhan ini Dompet Dhuafa menyalurkan zakat fitrah melalui Program Tebar Zakat Fitrah (TZF) dengan menjangkau para mustahik di seluruh pelosok negeri.

Sebuah kegiatan yang diharapkan dapat memberikan nilai lebih terhadap kegiatan zakat fitrah. Beras zakat fitrah yang disalurkan sebagian merupakan hasil produksi mitra petani binaan Dompet Dhuafa.

Sejumlah 11.428 paket beras zakat fitrah 2,5kg disalurkan di wilayah Indonesia Timur. Mencakup 118 kelurahan/desa, 57 kecamatan, 23 kabupaten/kota, dan 8 provinsi. Penyaluran dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat dan Papua pada 14 – 28 April 2021.

Terimakasih kepada donatur yang mengamanahkan zakat fitrah melaui Dompet Dhuafa, penerima manfaat tak hanya senang menerimanya, juga bersyukur masih ada yang peduli terhadap kondisi mereka. [kus-dik]

Tulang Punggung yang (masih) Terabaikan

Hari yang cerah berubah mencekam, asap mengepul dimana-mana, penjarahan, kerusuhan menjadi berita sehari-hari. Kisah suram akan terus melekat di benak rakyat Indonesia. Ketimpangan ekonomi, jomplangnya kesenjangan dan perkenomian negeri yang tidak menentu karena meroketnya harga pangan diikuti melemahnya nilai rupiah terhadap dollar. Sekelumit Peristiwa kita kenal sebagai “Krisis Moneter” 1998. Krisis yang memporak-porandakan perekonomian nasional, mengakibatkan perusahaan multinasional koleps dan memilih menarik Investasinya dari Indonesia.

Perlu waktu untuk bangkit dari keterpurukan, disinilah Usaha Mikro Kecil Mengah (UMKM)  menunjukkan tajinya. UMKM menjadi ‘Pahlawan’ Kebangkitan ekonomi, disaat perusahaan besar bangkrut UMKM terus berjalan seolah tidak terjadi apa-apa. Krisis moneter tidak mampu mematikan UMKM justru terus berkembang hingga sekarang.  Mudradjad Kuncoro dalam Harian Bisnis Indonesia pada tanggal 21 Oktober 2008 mengemukakan bahwa UMKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena, pertama, UMKM tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, tidak berorientasi ekspor.

Sampai saat ini UMKM menjadi usaha yang mampu berkembang secara konsisten sehingga menjadi salah satu wadah terciptanya lapangan kerja. UMKM masih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, dengan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Data Kementerian Koperasi dan UMKM (2013) memperlihatkan UMKM memberikan sumbangsih Rp. 5.440.007,9 Milyar terhadap PDB nasional dan berkontribusi 96,9% terhadap penyerapan tenaga kerja. Jumlah UMKM tahun 2013 berjumlah 57.895.721, meningkat 2,41% dari tahun sebelumnya.

Diakui atau tidak, besarnya sumbangsih yang diberikan menjadikan UMKM sebagai ‘tulang punggung’ perekonomian Indonesia. Tulang punggung yang tegak menopang pergerakan ekonomi nasional. Namun Besarnya peran UMKM tidak sertamerta membuat UMKM mendapat tempat terhormat di negeri ini. Ada beberapa permasalahan yang sering dialami pelaku UMKM  antara lain : Permodalan, SDM, dan Pemasaran. Masalah-masalah menjadi permasalahan klasik yang tidak bisa terselesaikan.

  1. Permodalan

‘Mas kita butuh tambahan modal biar usahanya bisa gede’ keluh kesah yang disampikan ibu-ibu di Desa Tanjung Pasir, Kab. Tangerang ketika penulis masih menjadi pendamping program pemberdayaan disana. Hampir semua menyatakan memubutuhkan modal, modal dan modal. Tidak hanya di Desa Tanjung Pasir hampir semua UMKM akan menjawab butuh modal ketika ditanya mengenai pengembangan usaha.

Pemerintah sadar bahwa banyak pelaku UMKM yang mengeluhkan modal sebagai masalah untuk mengembangkan usahanya. Beberapa langkah sudah dilakukan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan menggandeng bank-bank pemerintah. Permasalahan muncul adalah kabanyakan UMKM tidak Bankable (tidak layak). Belum lagi ditambah beban bunga serta adanya agunan yang harus diserahkan kepada bank panyalur. Agunan yang bisa jadi lebih besar nilainya dari pada jumlah modal yang di pinjam. Mereka yang sanggup memenuhi persayartan bank penyalur harus gigit jari, akhirnya menjatuhkan pilihan ke rentenir. Proses yang lebih mudah tidak berbelit-belit menjadi solusi termudah yang bisa didapatkan karena sehari bisa langsung cair hanya dengan modal KTP atau KK atau BPKB kendaraan yang dimiliki. Solusi sesaat namun pahit kemudian karena jika tidak bisa melunasi tepat waktu mendapat denda berlipat-lipat. Bukannya udaha berkembang asset pun bisa ikut hilang. Permasalahan rumit yang harus segera di urai.

  1. Sumber Daya Manusia (SDM)

UMKM rata-rata menggunakan sistem kekeluargaan dalam mengelola usahanya. SDM yang terlibatpun tidak membutuhkan spesifikasi  khusu, yang penting mau aja. Al hasil beberapa permasalahan dikemudian hari ketika UMKM mulai besar dan membutuhkan tambahan modal besar. Pencatatan keluar-masuk barang yang tidak rapi, pencatatan keuangan yang ‘tidak ada’ membuat investor atau bank menjadi ragu akan propek usaha UMKM. Ini lah faktor yang membuat UMKM dinyatakan unbankble.

Belum lagi permaslahan inovasi produk dan inovasi strategi pemasaran. Pelaku Usaha mikrod rata-rata suah puas dengan produknya, dan enggan untuk berinovasi. Penulis teringat ketika masih mendampingi di desa Tanjung Pasir, sewaktu ada kunjungan dari dosen sebuah Universitas di Jakarta. “Bu, kalo produk ibu ini (kripik sukun) rasanya ditambahan jadi ada rasa pedas, manis, orginal. Bagus lho bu” usulan salah satu dosen yang hadir. “nggak ah pak entar klo di macem-macemin rasa jadi nggak laku. Gini ajah udah laku banyak” jawab ibu mitra program. “ohhh..” jawab dosen (manggut-manggut sambil tersenyum).

Kejadian lain juga pernah penulis alami saat pertemuan kelompok dengan ibu-ibu pembuat terasi rebon. “Ibu, terasi rebon buatan ibu-ibu itu sudah enak tapi kurang lembut. Gimana kalo saya kasih penggilingan tangan yang kecil supaya terasinya lebih lembut dan ibu tidak capek numbuk, hasilnyapun lebih banyak” penulis menyampaikan di pertemuan mengenai produk merelka. “nggak ah pak, gini aja sudah enak lakunya juga banyak. Kalo pake mesih nanti rasanya beda, enakkan yang di tumbuk.” Jawab ibu Goniah, salah satu ibu-ibu yang hadir.

Permasalahan yang nyata terjadi tapi kadang luput dari perhatian. Pola fikir SDM mempengaruhi pengembangan UMKM. Pengubahan pola fikir ini seharusnya menjadi titik kritis yang harus diselesaikan untuk pengembangan UMKM.

  1. Pemasaran

Perkembangan teknologi semakin pesat, inovasi berkembang hampir setiap hari. Perubahan ini harus direspon baik oleh pelaku UMKM terutaman untuk masalah pemasaran produk. Saat ini masih banyak pelaku UMKM masih enggan untuk memanfaatkan teknologi. Mereka masih menggunakan cara-cara konvensional, karena sudah terbiasa dengan cara-cara tersebut. Dalam pemasaran pun UMKM masih menggunakan cara-cara konvensional, padahal pemasran online sangat menjajikan. Dari data survey yang dirilis pandi 82, 2 juta pengguna internet memanfaatkannya untuk kepentingan komersil.

Dengan penggunaan teknologi akan memudahkan konsumen menemukan produk UMKM. Penggunaan  teknologi smartphone sudah menyentuh semua lapisan masyarakat. UMKM juga harus belajar banyak dari perusahaan-perusahaan jepang yang kolep karena lambat berinovasi. Kerangka berfikir mengenai pemasaran juga harus di buka, sehingga dalam benak pelaku UMKM tidak hanya berkutat pada wilayah dimana ia malakukan usaha. Di luar sana masih banyak peluang untuk melakukan ekspansi produknya. Kendala jarak bisa diperpendek dengan teknologi internet, untuk pengiriman bisa mengunakan jasa pengiriman. Lagi-lagi perubahan pola berfikir yang harus ditekankan.

Permasalahan-permasalahan yang dialami membuat UMKM seakan terabaikanTerobosan-terobosan harus cerdas harus segera dilakukan, tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan kemudian ditinggal atau dibrikan pelatihan setahun sekali kemudian di biarkan. Pola lama yang sudah terbukti using dan tidak memberikan perubahan secara menyeluruh. Perlu inovasi baru untuk memberikan perubahan, UMKM bangkit, supaya tulang tunggung ekonomi tetap tegak.

Berdayakan mereka

Program perencanaan pengembangan UMKM sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah dari mulai bentuan modal, pelatihan hingga studi banding, namun semuanya belum berdampak nyata. Ketidakakurat nya data menjadi salah satu pemicu ketidakberhasilan program. banyak program berlabel pemberdayaan UMKM baik bantuan alat, pemberian modak dan pelatihan, namun sasarannya bukan pelaku UMKM. Kebijakan lokal kadang tidak berpihak pada pelaku UMKM, sehingga banyaknya program menyasar kepada siapa yang dekat dengan pemerintah lokal saat itu. Salah sasaran yang beruang-ulang ini yang membuat pelaku UMKM sesungguhnya harus gigit jari. Akhirnya banyaknya program yang dilakukan oleh pemerintah terkesan menguap entah kemana.

Ada yang unik ketika awal penulis menjadi pendamping di Desa Tanjung Pasir. Setiap penulis datang ke warga, pasti mereka langsung berkata ‘Bapak mau ngasih bantuan ya?’. Begitu juga ketika penulis mengantar tamu yang ingin melihat potensi UMKM dampingan penulis, pertanyaan itu pasti terlontar dari lisan warga. Menurut penuturan beberapa warga karena sejak tahun 90an desa Tanjung Pasir tiap tahun  mendapat bantuan pemerintah. Seiap proposal yang di ajukan desa rata-rata disetujui oleh pemerintah, karena Tanjung Pasir dianggap sebagai desa nelayan yang miskin. Ternyata perilaku tersebut membuat masyarakat menjadi “manja” dengan bantuan, jadi setiap orang ‘asing’ berpakaian rapi yang datang pasti disangka mau memberikan bantuan. Dan sayangnya setiap bantuan yang diberikan hilang tak berbekas, sehingga Desa Tanjung Pasir tetap saja menjadi desa yang terkesan miskin.

Beberapa lembaga zakat maupun lembaga kemanusiaan sejak tahun 200-an sudah masuk ke ranah pemberdayaan. Konsep pemberdayaan yang dilakukanpun berbeda dengan apa yang dilakukan pemerintah karena lembaga-lembaga ini menggunakan dana-dana masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan. Transparansi menjadi kunci untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan pun dilakukan dengan visi yang jelas dan konsep yang riil disesuaikan dengan kondisi dinamika masyarakat. Yang tidak kalah penting adalah pengawasan program dilapangan. Pelaku UMKM banyak yang bingung ketika menerima bantuan modal, kalo tidak dilakukan pengontrolan bisa-bisa bantuan yang diberikan tidak dipergunakan untuk pengembangan usaha namun untuk kepetingan pribadi. Diperlukan pendampingan khusus oleh lembaga agar program yang diberikan dapat benar-benar dipergunakan untuk usaha.

Masyarakat harus terlibat langsung dalam program bukan hanya sebagai penerima manfaat namun juga terlibat dalam pengembangan program di masyarakat. Bagaimanapun masyarakat lokal lebih memahami karakter dan dinamika lingkungannya, peran mereka sangat vital dalam program. Masyarakat akan lebih mudah diarahkan ketika mereka merasa sudah memiliki program, pelibatan-pelibatan masyarakat secara intens akan memunculkan rasa kepemilikan apalagi kalo mereka merasakan lansung manfaatnya.

Yang tidak kalah penting adalah kesadaran masyarakat bahwa program ini untuk membantu mereka agar usaha mereka meningkat yang akan berdampak pada peningkatan taraf hidup mereka. Kesadaran yang diikuti oleh kemauan masyarakat untuk merubah diri mereka sendiri, karena tanpa kemauan usahanya tidak akan berkembang. Peran pendamping sangat krusial, oleh sebab itu seorang pendamping harus bersedia tinggal ditengah-tengah masyarakat. Dengan tinggal ditengah masyarakat, pendamping akan lebih mudah memahami karakter masyarakat dan memudahkan komunikasi dengan masyarakat sehingga penyadaran bisa dilakukan lebih cepat. Keberadaan pendamping juga bisa memberikan solusi mengenai permasalahan yang dialami dengan lebih cepat sekaligus untuk memastikan program tetap berjalan pada koridor yang telah ditentukan.

Pendampingan, pelibatan masyarakat dan kesadaran masyarakat menjadi ‘trisula’ sebuah program pemberdayaan. jika ketiga hal tersebut ini bisa berjalan dengan baik kemungkinan keberhasilan program akan lebih besar. Hal yang juga harus diperhatikan pada setiap program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah. Kebehasilan sebuah program pemberdayaan tidak hanya bergantung pada seberapa besar dana yang di gulirkan namun berapa besar dampak yang diakibatkan oleh sebuah program. dan ini tidak bisa hanya analisa di balik  meja, namun harus faham dinamika dan dinamika itu ada di lapangan.

Penulis berharap kedepan akan banyak sinergi yang tersusun rapi antara instansi baik pemerintah, swata maupun NGO untuk menegakkan untuk ‘tulang punggung’ perekonomian negeri.  (Slamet Mulyanto)

Pemberdayaan, Ikhtiar Sejahterakan Masyarakat Halmahera

Pengembangan ekonomi berbasis pemberdayaan masyarakat perlu dikembangkan dan mendapat perhatian. Pemberdayaan mengembangan pola partisipatif atau atas dasar kesadaran masyarakat sehingga perubahan ekonomi lebih mudah dicapai. Proses penyadaran terhadap masyarakat ini lah yang manjadi acuan karena perubahan akan berjalan dengan baik jika ada keinginan kuat dari masyarakat untuk berubah. Ini menjadi titik tekan yang harus fahami setiap instansi yang ingin melakukan pemberdayaan kepada masyarakat.

Perkembangan ekonomi di daerah timur Indonesia mulai bergeliat, namun terkesan lambat jika dibandingkan wilayah lain. Upaya sudah dilakukan pemerintah dengan program-program pengembangan ekonomi masyarakat. Mulai bantuan hibah, bantuan bergulir hingga program-program berlabel pemberdayaan. Tidak hanya pemerintah, NGO dan swasta pun  turut terjun untuk memberdayakan masyarakat dengan bermacam model dan bidang yang dibutuhkan masyarakat.

Karya Masyarakat Mandiri (DD) bersama Dompet Dhuafa (DD) tidak ketinggalan dengan menggulirkan program-program pemberdayaan di wilayah timur Indonesia. Salah satu program yang saat ini sedang berjalan adalah program pemberdayaan berbasis peternakan di Desa Tafasoho, Kecamatan Malifut, Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara. Program memberika Permodalan, produksi ternak, distribusi, manajemen usaha kelompok dan koperasi peternak, peningkatan keterampilan, sikap, dan perilaku peternak, mediator akses sarana dan prasarana ekonomi, dan pemasaran produk. Modal usaha disalurkan dalam bentuk pembiayaan bagi pengembangan peternakan masyarakat yang dikelola secara terpola, terpadu dan berkesinambungan sehingga menumbuhkan iklim kewirausahaan masyarakat.

Tujuan utama dari program ini merupakan program pengembangan ternak sapi Bali. Dengan menjadikan masyarakat sebagai sasaran. Ini memerlukan strategi agar program bisa berlanjut meskipun sudah dimandirikan. KMM-DD menerapkan strategi pendampingan intensif dengan menempatkan pendamping (field officer) yang memiliki kemampuan manajerial yang baik, mampu membangun komunikasi dengan masyarakat dan faham mengenai budidaya ternak. Dengan penempatan pendamping diharapkan pola pemberdayaan akan lebih terarah. Ketika terjadi permasalahan pun, pendamping bisa langsung mengambil perannya sebagai problem solver.

Selain pendampingan intensif, strategi yang lakukan sistem perbibitan di masyarakat atau dikenal dengan istilah village breeding system (VBS). Dalam VBS memiliki ciri khas dan persyaratan berupa pencatatan (recording) yang ketat. Strategi lainnya adalah sistem pemeliharaan secara intensif (di dalam kandang) dengan kandang koloni. Ini untuk memudahkan pengontrolan perkembangan ternak.

Program yang digulirkan tahun 2014 ini, manfaatnya sudah dirasakan oleh masyarakat. Dari 43 ekor sapi bali yang digulirkan di awal program sekarang sudah berkembang menjadi 56 ekor sapi bali yang tersebar di 3 kelompok dengan melibatkan 30 KK.  Dukungan masyarakat pemerintah menjadi modal tambahan bagi program untuk berkembang. Pemerintah Desa Tafasoho menyediakan lahan untuk Kandang koloni. Lokasi kandang tersebut sekaligus menjadi pusat kegiatan mitra, mulai dari pertemuan kelompok, rekording, pengolahan pakan, pusat pelatihan dan menerima tamu. Di lokasi sekitar kandang ditanam hijauan sebagai pakan ternak yang dalam budidayanya memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk alami.  Masing-masing mitra diberikan tanggung jawab terhadap ‘jatah’ lahan yang diberikan, mulai dari penanaman, pemeliharaan, sampai pemanenan.

Saat hari raya Idul Adha, Mitra mendapat kepercayaan untuk pengadaan dan penyaluran program Tebar Hewan Qurban (THK) yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa sejak tahun 2015. Tahun 2016 Gabungan Kelompok Ternak (GAPOKTER) mendapat kuota sebanyak 13 ekor naik 8 ekor disbanding tahun 2015 yang hanya 5 ekor. Kepuasan terhadap kondisi hewan kurban yang menjadikan DD percaya dan memberikan penambahan kuota. Hasil keuntungan dari penjualan hewan tidak dibagi namun digunakan kembali untuk menambah populasi. Komitmen yang dibangun bersama secara partisipatif oleh anggota.

Kesadaran tidak begitu saja terbangun, namun membutuhkan waktu lama dengan dinamika yang terjadi dalam kelompok. Namun semua berhasil dilewati, sekarang masyarakat mulai menikmati hasil sedikit demi sedikit. Masih diperlukan proses yang panjang, namun komitmen masyarakat dan stakeholder terkait untuk meneruskan program ini menumbuhkan optimisme baru bahwa kelak Tafasoho akan dikenal sebagai sentra sapi Bali. Semoga… (Saiful/Slamet)

 

 

 

 

Analisis Usaha Kambing

Oleh : drh. Ajat Sudarjat

Sampai dengan saat ini jarang sekali ditemukan perhitungan analisa usaha perbibitan ternak, baik dalam buku-buku panduan di perguruan tinggi, di sekolah menengah, ataupun buku-buku komersil yang ada di toko-toko buku. Yang banyak sekarang beredar adalah perhitungan analisa usaha pada kegiatan penggemukan. Sedikitnya informasi analisa usaha perbibitan tersebut bisa disebabkan karena masih sedikitnya perusahaan atau individu yang menjalankan usaha perbibitan atau masih sulitnya perhitungan analisa usaha perbibitan jika dilihat dari aspek bisnis, sehingga para pelaku usaha merasa tidak percaya diri untuk mengekspos hasil usahanya. Mungkin ini juga yang menyebabkan kurang bergairahnya usaha di bidang perbibitan ternak. Alasan klasiknya biaya tinggi dan memerlukan waktu yang sangat lama sehingga tidak feasible dan bankable menurut perhitungan analisa usaha.

Pada tulisan ini penulis akan menyampaikan salah satu cara perhitungan pendapatan dalam sebuah perbibitan ternak domba (bisa juga untuk kambing pedaging) menurut parameter reproduksi. Kunci utama dalam perhitungan parameter reproduksi ini adalah data reproduksi ternak yang valid di kandang, karena tanpa informasi data yang benar maka hasil perhitungan tersebut tidak bisa dijadikan rujukan. Data-data yang diperlukan adalah data tanggal kelahiran, jumlah induk total, jumlah induk yang melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan, jumlah anak yang mati sebelum sapih (di bawah 4 bulan), dan bobot sapih (bobot anak saat disapih umur 4 bulan).

Dari data-data di atas akan diperoleh beberapa istilah parameter reproduksi, yaitu : Litter Size (LS), Mortalitas Anak Prasapih (MAPr), Lambing Interval (LI), dan Bobot Sapih (BS). Litter size adalah jumlah anak per kelahiran, cara menghitungnya dengan membagi jumlah anak yang dilahirkan dengan jumlah induk yang melahirkan. Mortalitas anak prasapih adalah persentase jumlah anak yang mati sebelum disapih, cara menghitungnya dengan membagi jumlah anak yang mati sebelum disapih dengan jumlah total anak yang dilahirkan. Lambing interval adalah jarak (hari) antara kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya, cara menghitungnya dengan menghitung jumlah hari antara kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya. Bobot sapih adalah bobot anak umur 4 bulan, cara memperolehnya dengan melakukan penimbangan anak umur 4 bulan.

Setelah memperoleh data litter size, mortalitas anak prasapih, lambing interval, dan bobot sapih, langkah selanjutnya adalah mencari nilai parameter reproduksi lainnya yang berkaitan dengan perhitungan pendapatan, yaitu : Indeks Reproduksi Induk (IRI) dan Produktivitas Induk (PI). Indeks reproduksi induk diperoleh dari perhitungan litter size, mortalitas anak prasapih, dan lambing interval. Sedangkan Produktivitas Induk dihitung dengan mengalikan indeks reproduksi induk dengan bobot sapih. Untuk lebih jelas tentang rumus-rumus perhitungan semua parameter reproduksi di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

 

Parameter Reproduksi

Rumus

Lambing Interval (LI) LI = (Tanggal kelahiran waktu tertentu) – (Tanggal kelahiran sebelumnya)

 (Menghitung jarak antara kelahiran pada waktu tertentu dengan kelahiran sebelumnya)

Litter Size (LS) LS = Jumlah anak yang dilahirkan

        Jumlah induk yang melahirkan

Menghitung jumlah anak tiap kelahiran)

Mortalitas Anak Prasapih (MAPr) MAPr = Jumlah anak yang mati prasapih  X 100 %

                         Jumlah anak total

(Menghitung persentase kematian anak prasapih/dibawah empat bulan)

Indeks Reproduksi Induk (IRI) IRI = LS X (1-MAPr)

                 LI/365

(Menghitung banyaknya anak yang dihasilkan tiap induk per tahun)

Produktivitas Induk (PI) PI = IRI X Rataan bobot sapih (BS)

(Menghitung bobot ternak yang dihasilkan tiap induk per tahun)

 

Berikut ini penulis sampaikan contoh perhitungan dengan informasi yang berasal dari data reproduksi pada perbibitan ternak domba garut di peternakan rakyat yang dibina oleh Kampoeng Ternak Nusantara Karya Masyarakat Mandiri di wilayah Kabupaten Garut dan Sukabumi. Data yang dimasukkan merupakan data rataan beberapa parameter reproduksi yang ada di kedua wilayah peternakan rakyat tersebut.

– Litter size (LS)                                  : 1,60               – Lambing interval (LI)           : 240 hari

– Mortalitas anak prasapih (MAPr)     : 10 %              – Bobot sapih (BS)                  : 15 Kg

 

Yang pertama kali dihitung adalah Indeks Reproduksi Induk (IRI) dengan menggunakan rumus seperti tabel di atas :

IRI = 1,60 x (1 – 0,10)   =  2,19 anak/induk/tahun

240/365

Selanjutnya menghitung Produktivitas Induk (PI) dengan rumus di atas :

PI =  2,19 x 15  = 32,85 Kg anak/induk/tahun

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka satu ekor induk menghasilkan 2,19 ekor anak per tahun atau setara dengan 32,85 Kg anak per tahun. Apabila diasumsikan harga rata-rata ternak domba garut pedaging pada saat ini Rp. 50.000,- per kilogram, maka induk tersebut menghasilkan Rp. 1.642.500,- per tahun atau Rp. 136.875,- per bulan. Jadi dalam perbibitan ternak domba garut dalam satu bulan seekor induk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 136.875,-. Data tersebut tinggal dibandingkan atau dikurangi biaya operasional per ekor induk per bulan. Maka akan diperoleh keuntungan per bulan per ekor induk. Perhitungan ini dapat juga dipergunakan oleh peternak dalam skala usaha yang lebih besar bahkan skala industri. Selamat mencoba. Wallahu a’lam.

Pemberdayaan TKI Purna di ‘Bumi Sukowati’

Kabupaten Sragen adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya terletak di Sragen, sekitar 30 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di selatan, serta Kabupaten Boyolali di barat.

Kabupaten ini dikenal dengan sebutan “Bumi Sukowati”, nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen.

Sragen terletak di jalur utama Solo-Surabaya. Kabupaten ini merupakan gerbang utama sebelah timur Provinsi Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Sragen dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Jakarta) dengan stasiun terbesarnya Sragen, serta lintas Gundih-Solo Balapan dengan stasiun terbesarnya Stasiun Salem di Gemolong.

Bagi anda yang pernah melalui Sragen saat mudik, perjalanan dinas, atau keperluan lainnya melalui jalur darat akan disuguhkan oleh pemandangan berupa hamparan sawah hijau yang membentang sepanjang jalur Kabupaten Sragen. Pemandangan ini memberikan sebuah informasi bahwa Sragen manjadi salahsatu kota di Jawa Tengah yang sebagian besar masyarakatnya mempunyai profesi sebagai petani.

Namun profesi petani belum bisa menopang kehidupan masyarakat Sragen. Banyak diantara mereka yang kemudian mengadu nasib keluar negeri menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Sragen menjadi salah satu kota yang menjadi penyalur TKI terbesar di Jawa Tengah. Menurut data yang diperoleh dari BNP2TKI, jumlah TKI yang berasal dari Sragen pada tahun  2015 mencapai 1.100 orang yang tersebar di Hongkong, Malaysia, Taiwan, Korea, dan Jepang. Salah satu sumber bank pemerintah menyebutkan hingga Juni 2015, kiriman uang dari TKI Sragen sudah mencapai Rp 45,350 miliar melalui 10.576 transaksi.

Persoalan buruh migran di Indonesia seakan tidak kunjung usai, sejak proses keberangkatan (pra penempatan), penempatan kerja diluar negeri maupun pada saat kembali lagi ke tanah air (purna). Setidaknya indikator tersebut terlihat dari masih tingginya pemberitaan terkait permasalahan buruh migran (TKI) dalam ketiga proses tersebut dan secara faktual pun hal itu memang benar terjadi.

Dibalik banyaknya persolan yang muncul, tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan buruh migran mempunyai nilai positif yang sangat besar bagi negari ini. Data pusat Penelitian dan Informasi (Puslitfo) BNP2TKI menunjukkan remitansi TKI mencapai 8,6 USD juta atau setara  dengan Rp 119 Triliun. Remitansi terbesar berasal dari TKI yang bekerja di kawasan Asia Seperti Malaysia, Taiwan, dan Hongkong. Disusul dari negara-negara Timur tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirates Arab, Kemudian Amerika dan Eropa serta Australia. Data Puslitfo BNP2TKI juga menunjukkan remitansi yang diperoleh dari TKI setiap tahunnya semakin meningkat.

Sementara itu BNP2TKI tiap tahunnya berupaya terus meningkatkan jumlah penempatan TKI formal dibanding TKI informal. Data per Desember 2015 menyebutkan dari 275.736 TKI yang bekerja keluar negeri, sebanyak 55% adalah TKI yang bekerja di sektor formal, sedangkan 45% sisanya bekerja disektor nonformal. Ini senada dengan rencana strategis BNP2TKI yang terus berupaya meningkatkan jumlah penempatan TKI formal dibanding TKI informal.

Cukup besarnya nilai devisa yang diberikan buruh migran, setidaknya dapat mendorong pemerintah untuk melakukan program pemberdayaan yang terintegrasi khususnya pada saat buruh migran kembali ke tanah air. Hal tersebut agar mereka tidak kembali lagi ke luar negeri atau cukup berusaha didalam negeri dengan fasilitasi stakeholders terkait.

Khusus untuk membantu buruh migran yang telah selesai masa kerjanya di luar negeri, Karya Masyarakat Mandiri – Dompet  Dhuafa turut berpartisipasi atau berkontribusi dengan menginisiasi program pemberdayaan bagi buruh migran purna. Program tersebut selain dalam kerangka advokasi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh buruh migran juga sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya dalam aspek ekonomi. Artinya Dompet Dhuafa berharap buruh migran purna tersebut dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerahnya dalam upaya mendukung usaha dan kemandirian ekonomi keluarga.

Pendampingan intensif menjadi salah satu pilihan bijak sampai pada fase transformasi kesadaran komunitas dampingan untuk berubah dengan sumberdaya mereka sendiri. Dibutuhkan strategi dan komponen program yang tepat agar proses pemberdayaan bisa berjalan seiring dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Kendati demikian, membangun kapasitas individual atau sosial bukan hal mudah, karena masyarakat miskin, lemah pada hampir semua sisi kehidupan. Karena itulah, perlu kesabaran dan waktu yang panjang dalam mewujudkan keberdayaannya.

Agar program bisa berjalan dengan baik,  strategi yang dijalankan untuk mempermudah proses atau kegiatan selama program berjalan antara lain Pendampingan langsung di tengah komunitas (live in & base on community), Program pengembangan ekonomi lokal dengan penumbuhan klaster usaha, Pembentukan kampung TKI berbasis potensi dan komunitas, Peningkatan keterampilan dan penyadaran komunitas melalui pembinaan dan pelatihan terpadu, Bantuan teknis program dalam hal penerapan teknologi tepat guna (TTG), dan Penguatan akses dan jaringan pemasaran.

Beberapa komponen program yang mendukung kegiatan program TKI Purna antara lain Pembiayaan usaha mikro berbasis kelompok dan koperasi, Pengembangan informasi dan teknologi tepat guna, Pemupukan modal swadaya, Pembangunan jaringan dan sinergi, Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, Pengembangan kelembagaan komunitas yang berbadan hukum koperasi, dan Penumbuhan dan penguatan usaha bersama koperasi. (KMM/Marisd)

 

Manfaat Berqurban yang Perlu Diketahui

Masih ingat, kisah Kang Maman dan Mak Yati, keluarga pemulung yang berkurban 2 ekor kambing ke masjid Al Ittihad Tebet. Walaupuan niatnya sempat ditertawakan oleh tetangga dan teman seprofesinya namun niat sudah di ubun-ubun. Walaupun sehari pendapatannya hanya 25 ribu, ia selalu menyisihkan untuk membeli kurban, sampai akhirnya ia mampu membeli 2 ekor kambing kurban. Peristiwa langka yang kemudian heboh di media, ini memang peristiwa langka bagaimana seorang pemulung qurban 2 ekor kambing.

Hal yang membuat orang penasaran, kenapa ada orang yang sungguh-sungguh berniat berkurban sampai ada rela menyisihkan dari penghasilan yang sedikit. Berikut beberapa manfaat yang didapatkan ketika orang berkurban.

  1. Bersyukur terhadap nikmat dari Allah SWT. Allah memberikan kita rizki yang sangat melimpah, kehidupan, kesehatan, kekayaan merupakan rizki yang diberikan oleh Allah. Salah satu hal yang bias dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur adalah dengan berkurban.
  2. Berkurban merupakan ciri keimanan. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati tempat sholat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Contoh Keimanan juga ditunjukkan oleh Ibrahim AS ketika Alloh perintahkan dalam mimipinya untuk menyembelih Ismail AS tanpa keraguan. Kekuatan iman yang kemudian Allah ganti dengan seekor biri-biri (sembelihan yang besar). Kisah indah yang tertuang dalam Ash Shaaffaat: 102-107.
  3. Setiap helai bulu hewan kurban merupakan kebaikan. Setiap bulu atau helai dari hewan kurban tersebut dinilai kebaikan atau amal. Berkurban memiliki pahala senilai setiap helai bulu hewan qurban. Pernyataan tersebut berdasarkan sebuah hadist, dari Zaid bin Arqam bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah SAW apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim. Mereka kemudian bertanya lagi, “Apa keutamaan yang akan kami peroleh dengan berqurban?”Rasulullah SAW menjawab, “Setiap helai rambutnya adalah satu kebaikan,” Mereka bertanya, “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap helai bulunya juga bernilai satu kebaikan,” [HR Ahmdan dan Ibn Majjah]
  4. Berkurban merupakan sebagian dari syiar agama islam. Setiap akan menyembelih hewan kurban disyariatkan untuk menyebut nama Allah dan berserah dirilah kepada Allah SWT.
  5. Memperbanyak rezeki bagi orang yang berkurban. Bagi orang yang melaksanakan kurban, niscanya rezekinya akan dilipat gandakan oleh Allah SWT. jika Anda menyisihkan sebagian harta Anda di jalan Allah SWT, termasuk berkurban, maka akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Asalkan niat kurban tersebut ikhlas, dan tidak mengharapkan balasan kebaikan atau pujian dari pihak lain. Dengan jaminan Allah SWT seperti ini, masih ragukah Anda untuk berkurban?
  6. Menumbuhkan jiwa solidaritas. Berqurban dapat meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama. Apabila kita termasuk orang yang cukup dalam hal harta, hendaknya kita menyisihkan sebagian harta kita untuk berqurban dimana kemudian qurban tersebut dibagikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.
  7. Mensejahterakan peternak lokal. Sudah menjadi rahasia umum bahawa kebanyakan peternak rakyat di Indonesia masih tergolong miskin. Rata-rata peternak lokal hanya memiliki 2-3 ekor ternak yang pengelolaannya juga menjadi sampingan selain pekerjaan utama seperti bertani. Peningkatan pendapatan peternak lokal sudah berusaha dilakukan oleh Kampoeng Ternak divisi peternakan Karya Masyarakat Mandiri (KMM) sejak tahun 2000 melalui program-program pemberdayaan yang dilakukan. Momen idul Adha menjadi momen yang dimanfaatkan oleh KMM untuk membantu mensejahterakan peternak dengan membeli dan menjual ternak peternak lokal dengan harga lebih tinggi dari pada harga tengkulak. Dengan model seperti ini diharapkan kesejahteraan peternak ikut terkerek dengan lakunya ternak mereka.

Guna membantu pemasaran mitra peternak , KMM menyelenggarakan program Grosir kurban. Program melakukan penjualan Sapi, Kambing dan Domba milik mitra pemberdayaan di seluruh Indonesia.

BerlianSAE, Beras Sehat Berkualitas Pilihan Anda dan Keluarga

Pangan sebagai kebutuhan pokok memiliki keterikatan baik secara langsung dan tidak langsung dengan  kondisi kesehatan, kecerdasan dan produktivitas manusia. Pemenuhan kebutuhan pangan dengan gizi seimbang merupakan pondasi kuat untuk membentuk kualitas SDM sebagai subjek pembangunan bangsa.

Beras merupakan salah satu bahan pangan penting di dunia yang banyak dikonsumsi orang. Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan makanan pokok lebih dari separo penduduk Asia. Hampir sekitar tiga perempat penduduk Asia, termasuk 200 juta penduduk Indonesia, menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras.

Karena dikonsumsi sebagai makanan pokok sehari-hari, sudah menjadi kebutuhan untuk memilih beras yang aman dan sehat. Sebagian besar petani Indonesia sudah terbiasa dan hampir tidak mungkin menanam padi tanpa pupuk kimia dan pestisida. Pestisida yang merupakan bahan kimia pembasmi hama tanaman diperlukan para petani agar dapat memberikan hasil panen yang baik dan bebas serangan hama. Namun di sisi lain penggunaan pestisida dalam jumlah tertentu meninggalkan residu kimia berbahaya pada bahan pangan yang kita konsumsi. Walaupun tidak secara langsung, bahaya yang ditimbulkan akan berdampak panjang seperti dapat menyebabkan penyakit kanker, tumor dan penyakit kronis lainnya. Selain itu dampak penggunaan pestisida tidak hanya merugikan manusia, tapi juga berperan dalam kerusakan ekologi lingkungan seperti tercemarnya air tanah serta perubahan sistem hormon hewan ternak, mamalia dan ikan.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kesadaran untuk hidup sehat, bermunculan berbagai praktik baik yang dilakukan oleh masyarakat, diantaranya adalah melakukan pertanian dengan teknologi ramah lingkungan. Melalui ikhtiar program pemberdayaan ekonomi, Dompet Dhuafa menggagas program pertanian ramah lingkungan sejak tahun 1999. Produk yang dihasilkan dari program ini adalah Beras BerlianSAE. Beras BerlianSAE adalah beras yang ditanam dengan menggunakan teknik pertanian organik, yaitu suatu teknik pertanian yang bersahabat dan selaras dengan alam, berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi yang memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian maupun lingkungan. Hasil uji laboratorium secara berkala di Laboratorium Balitbiogen Bogor sejak tahun 2002 hingga sekarang menyatakan bahwa beras BerlianSAE bebas dari residu pestisida golongan Organoklorin, Organophospate, Karbamat, dan Piretroid. Tanpa digunakannya pupuk dan pestisida kimia membuat Beras BerlianSAE sehat dan aman dikonsumsi. Tak kalah pentingnya, BerlianSAE pun memiliki karakter karakteristik yang khas yakni warna beras tidak terlalu putih (tidak dilakukan proses polish berkali-kali sehingga sebagian kulit ari masih tertempel di beras), bila dimasak memiliki warna nasi yang putih, pulen dan beraroma wangi, dan tidak cepat basi bila dibanding beras biasa. Maka jangan ragu, untuk kesehatan Anda dan Keluarga, pilih beras berkualitas terbaik, BerlianSAE!. (KMM/Dessy)

Gaung Zakatnesia Hingga Lereng Merapi

Zakatnesia adalah sebuah gerakan zakat yang cukup masif, berangkat dari kenyataan yang  sudah berjalan sekian tahun dan peduli terhadap Indonesia. Zakat telah terbukti mampu mengentaskan kemiskinan melalui aneka program pemberdayaan masyarakat. Zakat yang tidak hanya sekadar bagi sembako, tapi juga bisa menyelesaikan masalah pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan.

Zakat juga mampu menjadi solusi permalahan ekonomi yang dialami negeri ini. Masih ingat letusan merapi tahun 2010?letusan yang memporakporandakan desa-desa di sekitarnya. Roda ekonomi masyarakat berhenti total, semuanya mengungsi menyelamatkan dari terjangan awan panas. Erupsi telah menghancurkan tanaman pertanian, banyak warga yang kehilangan harta benda.

Ketika itu Dompet Dhuafa bersama Kampoeng Ternak* meluncurkan Program Recovery Merapi di Dusun Balong, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Program yang memanfaatkan dana zakat untuk membangkitkan ekonomi masyarakat. Program Recovery memberikan 10 ekor ternak sapi perah kepada masyarakat, dan bisa berkembang dengan baik, masyarakat menjawab amanah dengan mengemabangkan sapi-sapi yang diberikan hingga terus berkembang hingga kini mencapai 34 ekor dan terus berkembang. Masyarakat yang sebelum erupsi beternak sapi potong, sekarang hampir semua warga desa beralih menjadi peternak sapi perah. Hasil yang nyata setiap hari mereka dapatkan dari susu yang dihasilkan. Berangsur-angsur perekonomian masyarakat mulai pulih, roda perekonomian mulai berputar kembali dan senyumpun mulai merekah.

Melihat kesungguhan dan etos kerja masyarakat yang menggembirakan, Dompet Dhuafa kembali menelurkan program Mustahi Move To Muzakki (M3) dengan bantuan modal berupa sapi perah untuk kelompok dan masyarakat yang belum bergabung dalam kelompok. Program ini untuk lebih memberikan dampak peningkatan ekonomi masyarakat agar bisa berpendapatan minimal sebesar UMK yang ditetapkan oleh daerah dimana program dilaksanakan. (baca juga : Sapi-perah-ubah-ekonomi-masyarakat-umbulharjo)

Masyarakat sebagai penerima manfaat sangat merasakan manfaat zakat yang disalurkan kepada mereka. Agar yang mereka rasakan bisa juga dirasakan oleh masyarakat lain di Indonesia, Mitra program M3 turut serta dalam mengkampanyekan Zakatnesia. Dengan ikut mengkampanyekan zakatnesia, masyarakat ingin lebih banyak orang sadar untuk yang berzakat sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang merasakan manfaat dari pendayagunaan dana zakat.

Jadilah bagian dari gerakan zakatnesia mewujudkan berkah untuk Indonesia, kita bisa jika bersama saling bergandengan tangan membentang kebaikan.

Wujudkan Berkah Untuk Indonesia

(KMM/Slamet)

*Kampoeng Ternak Merupakan Divisi Peternakan Karya Masyarakat Mandiri