Desain Program Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan dengan Kajian Pemetaan Sosial

BOGOR – Kegiatan Social Mapping atau Pemetaan Sosial adalah kajian yang bertujuan mendapatkan data atau informasi kondisi sosial ekonomi masyarakat sasaran. Di antara output kajiannya yaitu analisis aset penghidupan berkelanjutan masyarakat baik faktor sumberdaya alam, sumber daya manusia, infrastruktur, sosial kelembagaan serta keuangan masyarakat.

Karya Masyarakat Mandiri (KMM) sebagai entitas perusahaan sosial Dompet Dhuafa melakukan kajian pada suatu wilayah sebelum desain program pemberdayaan komunitas dilakukan. KMM bekerjasama dengan pelaksana program CSR perusahaan untuk menilai situasi kondisi masyarakat sekitar wilayah operasinya.  Wilayah yang pernah dilakukan kajian antara lain di Kabupaten Bogor, Cianjur, Tanggamus dan Sukabumi dan lainnya.

Data hasil pemetaan sosial sangat penting bagi siapa saja yang berkepentingan dalam agenda program pemberdayaan masyarakat. Sehingga proses desain program pemberdayaan masyarakat sasaran dapat sesuai dengan potensi dan masalah serta kebutuhannya. Diharapkan akhir program dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

 

Baca juga: Pemetaan Sosial

 

Kajian Pemetaan Sosial pada umumnya dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif mengacu kepada konsep penghidupan masyarakat berkelanjutan. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara narasumber terstruktur, diskusi kelompok fokus, serta observasi lapangan secara langsung. Selain itu data skunder juga diperlukan untuk memperkuat hasil analisa lapangan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan kajian ini tentu saja perlu adanya dukungan dari berbagai stakeholder komunitas untuk menjadi narasumber. Di antaranya seperti perangkat desa, aparatur pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan agama, pelaku ekonomi lokal seperti IKM/UMKM/kelompok pertanian setempat dan lainnya. [ANH]

Para Dai Cordoba Dibekali Beternak Domba

Subang – Peserta sekolah dai Dompet Dhuafa belajar beternak domba di kebun Indonesia Berdaya (IB) Subang, Rabu (29/01). Beberapa peserta mengaku baru pertama bertemu dengan domba. Di daerahnya tidak dijumpai. Pendamping program Sentra Ternak Dompet Dhuafa di Subang, Jafar, memberi pengarahan para dai.

Berbagai aspek beternak domba disampaikan kepada peserta. Mulai dari pakan, kesehatan hewan dan pembibitan. Tentang pakan peserta belajar jenis pakan, waktu pemberian dan fermentasi pakan.

Peserta juga diberi teknis pengecekan umur domba dengan melihat susunan gigi dan mencukur bulu domba. Bagian paling seru ketika peserta terlibat dalam proses inseminasi alami. Para dai tampak antusias mengikuti dan terlibat dalam proses beternak domba.

Pembekalan pengetahuan beternak domba akan bermanfaat nantinya, terlebih peserta adalah calon Dai di daerah. Ternak semacam domba atau kambing mudah ditemui di pedesaan. Selain itu, peserta juga telah dibekali teknik untuk mengetahui sehat tidaknya ternak. Sebagai salah satu prasarat ternak sebelum dipotong, baik untuk hewan kurban maupun untuk dikonsumsi. [z1]

Temu Agen KMM, Pererat Silaturahim Sejahterakan Petani

Bogor – Karya Masyarakat Mandiri (KMM) mengadakan Temu Agen di Aula Dzikir RST (Rumah Sehat Terpadu), Zona Madina Dompet Dhuafa, Kemang, Bogor, Sabtu (25/1). Tema yang diangkat “Pererat Silaturahim untuk Kesejahteraan Petani”.

Acara dihadiri oleh Direktur KMM Jodi H Iswanto beserta keluarga besar KMM, agen sayur dan beras dari Jabodetabek, dan mitra tani Program Mustahik to Muzzaki (M3) Green Horti dari Cianjur yang diwakili oleh Maman.

Agenda temu agen sebagai wadah silaturahim agen, mitra tani, dan KMM untuk bersama berkomitmen untuk meningkatkan perbaikan sistem budidaya, sistem distribusi hingga pemasaran. Dengan peningkatan dan perbaikan sistem secara bertahap diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan para petani pada tahun mendatang.

Kegiatan diisi penyampaian materi dan sesi tanya jawab terkait sistem keagenan beras, keagenan sayur dan produk Rumah Kopi Madaya. Aktivitas Dompet Dhuafa dalam program-program bidang pertanian, peternakan, hingga UMKM juga menjadi diskusi yang mengokohkan semangat para agen untuk meningkatkan kerjasama di kemudian hari.

KMM mengapresiasi kepada tiga agen sayur dan tigaagen beras terbaik 2019 dalam bentuk bingkisan alat-alat rumah tangga. Akhir sesi para agen dibawa untuk mengunjungi dan melihat langsung rumah produksi Kopi Madaya. Di sela agenda temu agen juga diperkenalkan produk bakso Cak De dan DD Water oleh direktur DD Niaga Tendy Satrio.

Semoga temu agen menjadi jalan membangun kesejahteraan petani, menyiapkan bahan pangan sehat untuk masyarakat di kota. Petani mampu membangun perekonomian secara kuat dan Indonesia bermartabat.

Sosialisasi ke Mitra, Ikhtiar Sukseskan THK

Lampung Tengah – Karya Masyarakat Mandiri (KMM) sebagai pelaksana sekaligus mitra progam Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa 1439 H melaksanakan sosialisasi ke wilayah dampingan dan lokasi distribusi ternak kurban. Salah satunya adalah Gapoktan Subur Asri di Desa Rejo Asri, Kec Seputihraman, Kab Lampung Tengah, Senin (14/05/2018). Program Klaster Bawang Merah dampingan KMM bekerjasama dengan Bank Indonesia Kpw Lampung.

Sebagai pelaksana distribusi ternak program THK 1438 H, Gapoktan Subur Asri berkomitmen menjaga amanah dari para donatur progam THK Dompet Dhuafa untuk menyalurkan hewan kurban yang berkualitas dan sesuai spesifikasi kepada masyarakat yang berhak menerimanya.

Semoga THK Dompet Dhuafa tahun ini bisa berjalan lancar sesuai rencana. Aamiin [ipul]

Tingkatkan Kapasitas, Petani Nanas Subang Adakan Studi Banding

Paguyuban Barokah Agro Lestari menyelenggarakan Studi Banding tentang budidaya dan pasca panen pengolahan nanas, Minggu (29/04/2018). Diikuti peserta 22 orang petani nanas mengunjungi 2 lokasi.

Pertama petani diajak mengunjungi lokasi kebun yang dikelola oleh kelompok tani Mekar Sari Maju di Desa Sarireja, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Petani diperlihatkan 2 sistem budidaya nanas, yaitu sistem monokultur dan sistem tumpang sari atau polikultur dengan penggunaan mulsa.

Selanjutnya peserta diajak mengunjungi pelaku industri pengolahan nanas yang dikelola kelompok tani Alam Sari di Desa Tambak Mekar, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Petani diperlihatkan berbagai macam olahan nanas beserta cara pengolahannya.

Selain mendapatkan informasi yang sifatnya pengetahuan, pada studi banding ini petani juga diberikan motivasi agar melakukan budidaya nanas yang baik yang sesuai dengan SOP dan permintaan pasar. Harapannya nanas petani dapat diserap pasar dengan harga yang sesuai dengan harapan petani.

Zakat Anda, Berdayakan Petani

BOGOR – Tebar Zakat Fitrah (TZF) merupakan program pengadaan dan penyaluran beras zakat fitrah yang diamanahkan muzakki kepada mustahik ke wilayah pemberdayaan masyarakat yang dikelola Karya Masyarakat Mandiri (KMM). Ramadhan 1438 H atau tahun 2017 menjadi pelaksanaan tahun keempat TZF.

Perpaduan antara pelaksanaan kewajiban untuk menunaikan zakat fitrah dan pemberdayaan masyarakat miskin atau dhuafa menjadi kekhasan dari program ini. Dengan kata lain berzakat fitrah melalui TZF berarti memberdayakan masyarakat petani miskin yang selama ini didampingi oleh KMM. Muzakki cukup menyerahkan dana sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah) kepada Dompet Dhuafa dengan niat menunaikan zakat fitrah. Dompet Dhuafa melalui KMM akan menyalurkan zakat fitrah tersebut dalam bentuk beras seberat 3 kg kepada mustahik di wilayah-wilayah program pemberdayaan dilakukan.

Paket TZF tersebar di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Beras yang disalurkan merupakan beras sehat bebas pestisida yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar lokasi penyaluran melalui program pertanian sehat. Selain dengan Dompet Dhuafa, program TZF juga bekerjasama dengan DKM-DKM di Jabodetabek.

Jelaslah program tebar zakat fitrah bukan hanya sebatas menunaikan kewajiban agama, tetapi mampu mengejawantahkan kesalehan sosial muzakki karena telah turut serta memberdayakan masyarakat petani miskin dampingan KMM.

Saburai, Primadona dari Tanggamus

Saburai nama yang masih asing bagi kabanyakan peternak di Indonesia. Saburai adalah jenis kambing baru hasil persilangan antara Peranakan Ettawa (PE) dengan Kambing Boer. Saburai dihasilkan dari metode inseminasi buatan yang dilakukan oleh inseminator di Kecamatan Gisting, Tanggamus pada tahun 2000.  Kambing ini mempunyai perawakan tinggi dan gemuk, ini merupakan bentuk turunan dari kambing PE yang tinggi dan Kambing Boer yang gemuk. Kambing saburai mempunayi bobot lahir rata-rata 2.5-3.5 Kg dan bias mencapai bobot 60 Kg ketika mencapai umur satu tahun.

Kambing Saburai juga memberikan keuntungan lebih di banding kambing kacang maupun kambing PE. Banyaknya kandungan daging yang membuat harganya melejit melewati harga tetuanya. Usia 8- 10 bulan, bobot kambing saburai bias mencapai 45 kg dengan nilai jual mencapai 1 juta rupiah. Hal inilah yang membuatnya lebih di senangi oleh para peternak di Lampung.

Perkembangan kambing saburai yang menggembirakan mendapat dukungan penuh dari pemerintah Kabupaten Lampung. Kambing Saburai telah di akui secara nasional debagai rumpun baru di indoensia. Ini tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pertainian No. 359/Kpts/PK.040/6/2015 tanggal 08 Juni 2015. Berkat itu pula Pemerintah Propinsi Lampung mendapat penghargaan Budhipura” dari Kementerian Riset dan Teknologi, ini sebagai bukti pengakuan bahwa kambing saburai sebagai hasil inovasi bidang pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dukungan terhadap pengembangan kambing Saburai juga datang dari Bank Indonesia (BI) yang menelurkan program Pemberdayaan Peternak Dalam Rangka Pengembangan Klaster Kambing Saburai di Kabupaten Tanggamus. Program ini lebih menekankan pada pada penguatan kelembagaan, aplikasi teknologi budidaya hingga merode marketing. Program ini memberikan pendampingan kepada  8 kelompok ternak di tiga (3) kecamatan yaitu Kec. Gisting, Kec. Sumber Rejo dan Kota agung. Populasi ternak kelompok dampingan ssat ini mencapai 2.515 ekor dari 176 anggota.

Secara kelembagaan telah di bentuk Koperasi Peternak Saburai yang di bentuk bersama asponak (Asosiasi Kelompok Peternak). Asponak sendiri merupakan asosiasi yang di bentuk atas fasilitas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. Selain kelembagaan, program pemberdayaan ini juga memberikan pelatihan aplikatif penerapan teknologi di bidang budidaya seperti pelatihan pengolahan hasil ternak, pakan, dan pelatihan kewirausahaan. dalam melaksanakan program pemberdayaan ini, BI Bekerja sama dengan Karya Masyarakat Mandiri (KMM). Kerjasama dengan antara BI dan KMM sudah berjalan selama 4 tahun di Berbagai daerah di Lampung. KMM sendiri merupakan Corporate Enterprise yang bergerak di bidang pemberdayaan.

 (SM/KMM)

Tulang Punggung yang (masih) Terabaikan

Hari yang cerah berubah mencekam, asap mengepul dimana-mana, penjarahan, kerusuhan menjadi berita sehari-hari. Kisah suram akan terus melekat di benak rakyat Indonesia. Ketimpangan ekonomi, jomplangnya kesenjangan dan perkenomian negeri yang tidak menentu karena meroketnya harga pangan diikuti melemahnya nilai rupiah terhadap dollar. Sekelumit Peristiwa kita kenal sebagai “Krisis Moneter” 1998. Krisis yang memporak-porandakan perekonomian nasional, mengakibatkan perusahaan multinasional koleps dan memilih menarik Investasinya dari Indonesia.

Perlu waktu untuk bangkit dari keterpurukan, disinilah Usaha Mikro Kecil Mengah (UMKM)  menunjukkan tajinya. UMKM menjadi ‘Pahlawan’ Kebangkitan ekonomi, disaat perusahaan besar bangkrut UMKM terus berjalan seolah tidak terjadi apa-apa. Krisis moneter tidak mampu mematikan UMKM justru terus berkembang hingga sekarang.  Mudradjad Kuncoro dalam Harian Bisnis Indonesia pada tanggal 21 Oktober 2008 mengemukakan bahwa UMKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena, pertama, UMKM tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, tidak berorientasi ekspor.

Sampai saat ini UMKM menjadi usaha yang mampu berkembang secara konsisten sehingga menjadi salah satu wadah terciptanya lapangan kerja. UMKM masih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, dengan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Data Kementerian Koperasi dan UMKM (2013) memperlihatkan UMKM memberikan sumbangsih Rp. 5.440.007,9 Milyar terhadap PDB nasional dan berkontribusi 96,9% terhadap penyerapan tenaga kerja. Jumlah UMKM tahun 2013 berjumlah 57.895.721, meningkat 2,41% dari tahun sebelumnya.

Diakui atau tidak, besarnya sumbangsih yang diberikan menjadikan UMKM sebagai ‘tulang punggung’ perekonomian Indonesia. Tulang punggung yang tegak menopang pergerakan ekonomi nasional. Namun Besarnya peran UMKM tidak sertamerta membuat UMKM mendapat tempat terhormat di negeri ini. Ada beberapa permasalahan yang sering dialami pelaku UMKM  antara lain : Permodalan, SDM, dan Pemasaran. Masalah-masalah menjadi permasalahan klasik yang tidak bisa terselesaikan.

  1. Permodalan

‘Mas kita butuh tambahan modal biar usahanya bisa gede’ keluh kesah yang disampikan ibu-ibu di Desa Tanjung Pasir, Kab. Tangerang ketika penulis masih menjadi pendamping program pemberdayaan disana. Hampir semua menyatakan memubutuhkan modal, modal dan modal. Tidak hanya di Desa Tanjung Pasir hampir semua UMKM akan menjawab butuh modal ketika ditanya mengenai pengembangan usaha.

Pemerintah sadar bahwa banyak pelaku UMKM yang mengeluhkan modal sebagai masalah untuk mengembangkan usahanya. Beberapa langkah sudah dilakukan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan menggandeng bank-bank pemerintah. Permasalahan muncul adalah kabanyakan UMKM tidak Bankable (tidak layak). Belum lagi ditambah beban bunga serta adanya agunan yang harus diserahkan kepada bank panyalur. Agunan yang bisa jadi lebih besar nilainya dari pada jumlah modal yang di pinjam. Mereka yang sanggup memenuhi persayartan bank penyalur harus gigit jari, akhirnya menjatuhkan pilihan ke rentenir. Proses yang lebih mudah tidak berbelit-belit menjadi solusi termudah yang bisa didapatkan karena sehari bisa langsung cair hanya dengan modal KTP atau KK atau BPKB kendaraan yang dimiliki. Solusi sesaat namun pahit kemudian karena jika tidak bisa melunasi tepat waktu mendapat denda berlipat-lipat. Bukannya udaha berkembang asset pun bisa ikut hilang. Permasalahan rumit yang harus segera di urai.

  1. Sumber Daya Manusia (SDM)

UMKM rata-rata menggunakan sistem kekeluargaan dalam mengelola usahanya. SDM yang terlibatpun tidak membutuhkan spesifikasi  khusu, yang penting mau aja. Al hasil beberapa permasalahan dikemudian hari ketika UMKM mulai besar dan membutuhkan tambahan modal besar. Pencatatan keluar-masuk barang yang tidak rapi, pencatatan keuangan yang ‘tidak ada’ membuat investor atau bank menjadi ragu akan propek usaha UMKM. Ini lah faktor yang membuat UMKM dinyatakan unbankble.

Belum lagi permaslahan inovasi produk dan inovasi strategi pemasaran. Pelaku Usaha mikrod rata-rata suah puas dengan produknya, dan enggan untuk berinovasi. Penulis teringat ketika masih mendampingi di desa Tanjung Pasir, sewaktu ada kunjungan dari dosen sebuah Universitas di Jakarta. “Bu, kalo produk ibu ini (kripik sukun) rasanya ditambahan jadi ada rasa pedas, manis, orginal. Bagus lho bu” usulan salah satu dosen yang hadir. “nggak ah pak entar klo di macem-macemin rasa jadi nggak laku. Gini ajah udah laku banyak” jawab ibu mitra program. “ohhh..” jawab dosen (manggut-manggut sambil tersenyum).

Kejadian lain juga pernah penulis alami saat pertemuan kelompok dengan ibu-ibu pembuat terasi rebon. “Ibu, terasi rebon buatan ibu-ibu itu sudah enak tapi kurang lembut. Gimana kalo saya kasih penggilingan tangan yang kecil supaya terasinya lebih lembut dan ibu tidak capek numbuk, hasilnyapun lebih banyak” penulis menyampaikan di pertemuan mengenai produk merelka. “nggak ah pak, gini aja sudah enak lakunya juga banyak. Kalo pake mesih nanti rasanya beda, enakkan yang di tumbuk.” Jawab ibu Goniah, salah satu ibu-ibu yang hadir.

Permasalahan yang nyata terjadi tapi kadang luput dari perhatian. Pola fikir SDM mempengaruhi pengembangan UMKM. Pengubahan pola fikir ini seharusnya menjadi titik kritis yang harus diselesaikan untuk pengembangan UMKM.

  1. Pemasaran

Perkembangan teknologi semakin pesat, inovasi berkembang hampir setiap hari. Perubahan ini harus direspon baik oleh pelaku UMKM terutaman untuk masalah pemasaran produk. Saat ini masih banyak pelaku UMKM masih enggan untuk memanfaatkan teknologi. Mereka masih menggunakan cara-cara konvensional, karena sudah terbiasa dengan cara-cara tersebut. Dalam pemasaran pun UMKM masih menggunakan cara-cara konvensional, padahal pemasran online sangat menjajikan. Dari data survey yang dirilis pandi 82, 2 juta pengguna internet memanfaatkannya untuk kepentingan komersil.

Dengan penggunaan teknologi akan memudahkan konsumen menemukan produk UMKM. Penggunaan  teknologi smartphone sudah menyentuh semua lapisan masyarakat. UMKM juga harus belajar banyak dari perusahaan-perusahaan jepang yang kolep karena lambat berinovasi. Kerangka berfikir mengenai pemasaran juga harus di buka, sehingga dalam benak pelaku UMKM tidak hanya berkutat pada wilayah dimana ia malakukan usaha. Di luar sana masih banyak peluang untuk melakukan ekspansi produknya. Kendala jarak bisa diperpendek dengan teknologi internet, untuk pengiriman bisa mengunakan jasa pengiriman. Lagi-lagi perubahan pola berfikir yang harus ditekankan.

Permasalahan-permasalahan yang dialami membuat UMKM seakan terabaikanTerobosan-terobosan harus cerdas harus segera dilakukan, tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan kemudian ditinggal atau dibrikan pelatihan setahun sekali kemudian di biarkan. Pola lama yang sudah terbukti using dan tidak memberikan perubahan secara menyeluruh. Perlu inovasi baru untuk memberikan perubahan, UMKM bangkit, supaya tulang tunggung ekonomi tetap tegak.

Berdayakan mereka

Program perencanaan pengembangan UMKM sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah dari mulai bentuan modal, pelatihan hingga studi banding, namun semuanya belum berdampak nyata. Ketidakakurat nya data menjadi salah satu pemicu ketidakberhasilan program. banyak program berlabel pemberdayaan UMKM baik bantuan alat, pemberian modak dan pelatihan, namun sasarannya bukan pelaku UMKM. Kebijakan lokal kadang tidak berpihak pada pelaku UMKM, sehingga banyaknya program menyasar kepada siapa yang dekat dengan pemerintah lokal saat itu. Salah sasaran yang beruang-ulang ini yang membuat pelaku UMKM sesungguhnya harus gigit jari. Akhirnya banyaknya program yang dilakukan oleh pemerintah terkesan menguap entah kemana.

Ada yang unik ketika awal penulis menjadi pendamping di Desa Tanjung Pasir. Setiap penulis datang ke warga, pasti mereka langsung berkata ‘Bapak mau ngasih bantuan ya?’. Begitu juga ketika penulis mengantar tamu yang ingin melihat potensi UMKM dampingan penulis, pertanyaan itu pasti terlontar dari lisan warga. Menurut penuturan beberapa warga karena sejak tahun 90an desa Tanjung Pasir tiap tahun  mendapat bantuan pemerintah. Seiap proposal yang di ajukan desa rata-rata disetujui oleh pemerintah, karena Tanjung Pasir dianggap sebagai desa nelayan yang miskin. Ternyata perilaku tersebut membuat masyarakat menjadi “manja” dengan bantuan, jadi setiap orang ‘asing’ berpakaian rapi yang datang pasti disangka mau memberikan bantuan. Dan sayangnya setiap bantuan yang diberikan hilang tak berbekas, sehingga Desa Tanjung Pasir tetap saja menjadi desa yang terkesan miskin.

Beberapa lembaga zakat maupun lembaga kemanusiaan sejak tahun 200-an sudah masuk ke ranah pemberdayaan. Konsep pemberdayaan yang dilakukanpun berbeda dengan apa yang dilakukan pemerintah karena lembaga-lembaga ini menggunakan dana-dana masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan. Transparansi menjadi kunci untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan pun dilakukan dengan visi yang jelas dan konsep yang riil disesuaikan dengan kondisi dinamika masyarakat. Yang tidak kalah penting adalah pengawasan program dilapangan. Pelaku UMKM banyak yang bingung ketika menerima bantuan modal, kalo tidak dilakukan pengontrolan bisa-bisa bantuan yang diberikan tidak dipergunakan untuk pengembangan usaha namun untuk kepetingan pribadi. Diperlukan pendampingan khusus oleh lembaga agar program yang diberikan dapat benar-benar dipergunakan untuk usaha.

Masyarakat harus terlibat langsung dalam program bukan hanya sebagai penerima manfaat namun juga terlibat dalam pengembangan program di masyarakat. Bagaimanapun masyarakat lokal lebih memahami karakter dan dinamika lingkungannya, peran mereka sangat vital dalam program. Masyarakat akan lebih mudah diarahkan ketika mereka merasa sudah memiliki program, pelibatan-pelibatan masyarakat secara intens akan memunculkan rasa kepemilikan apalagi kalo mereka merasakan lansung manfaatnya.

Yang tidak kalah penting adalah kesadaran masyarakat bahwa program ini untuk membantu mereka agar usaha mereka meningkat yang akan berdampak pada peningkatan taraf hidup mereka. Kesadaran yang diikuti oleh kemauan masyarakat untuk merubah diri mereka sendiri, karena tanpa kemauan usahanya tidak akan berkembang. Peran pendamping sangat krusial, oleh sebab itu seorang pendamping harus bersedia tinggal ditengah-tengah masyarakat. Dengan tinggal ditengah masyarakat, pendamping akan lebih mudah memahami karakter masyarakat dan memudahkan komunikasi dengan masyarakat sehingga penyadaran bisa dilakukan lebih cepat. Keberadaan pendamping juga bisa memberikan solusi mengenai permasalahan yang dialami dengan lebih cepat sekaligus untuk memastikan program tetap berjalan pada koridor yang telah ditentukan.

Pendampingan, pelibatan masyarakat dan kesadaran masyarakat menjadi ‘trisula’ sebuah program pemberdayaan. jika ketiga hal tersebut ini bisa berjalan dengan baik kemungkinan keberhasilan program akan lebih besar. Hal yang juga harus diperhatikan pada setiap program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah. Kebehasilan sebuah program pemberdayaan tidak hanya bergantung pada seberapa besar dana yang di gulirkan namun berapa besar dampak yang diakibatkan oleh sebuah program. dan ini tidak bisa hanya analisa di balik  meja, namun harus faham dinamika dan dinamika itu ada di lapangan.

Penulis berharap kedepan akan banyak sinergi yang tersusun rapi antara instansi baik pemerintah, swata maupun NGO untuk menegakkan untuk ‘tulang punggung’ perekonomian negeri.  (Slamet Mulyanto)

Analisis Usaha Kambing

Oleh : drh. Ajat Sudarjat

Sampai dengan saat ini jarang sekali ditemukan perhitungan analisa usaha perbibitan ternak, baik dalam buku-buku panduan di perguruan tinggi, di sekolah menengah, ataupun buku-buku komersil yang ada di toko-toko buku. Yang banyak sekarang beredar adalah perhitungan analisa usaha pada kegiatan penggemukan. Sedikitnya informasi analisa usaha perbibitan tersebut bisa disebabkan karena masih sedikitnya perusahaan atau individu yang menjalankan usaha perbibitan atau masih sulitnya perhitungan analisa usaha perbibitan jika dilihat dari aspek bisnis, sehingga para pelaku usaha merasa tidak percaya diri untuk mengekspos hasil usahanya. Mungkin ini juga yang menyebabkan kurang bergairahnya usaha di bidang perbibitan ternak. Alasan klasiknya biaya tinggi dan memerlukan waktu yang sangat lama sehingga tidak feasible dan bankable menurut perhitungan analisa usaha.

Pada tulisan ini penulis akan menyampaikan salah satu cara perhitungan pendapatan dalam sebuah perbibitan ternak domba (bisa juga untuk kambing pedaging) menurut parameter reproduksi. Kunci utama dalam perhitungan parameter reproduksi ini adalah data reproduksi ternak yang valid di kandang, karena tanpa informasi data yang benar maka hasil perhitungan tersebut tidak bisa dijadikan rujukan. Data-data yang diperlukan adalah data tanggal kelahiran, jumlah induk total, jumlah induk yang melahirkan, jumlah anak yang dilahirkan, jumlah anak yang mati sebelum sapih (di bawah 4 bulan), dan bobot sapih (bobot anak saat disapih umur 4 bulan).

Dari data-data di atas akan diperoleh beberapa istilah parameter reproduksi, yaitu : Litter Size (LS), Mortalitas Anak Prasapih (MAPr), Lambing Interval (LI), dan Bobot Sapih (BS). Litter size adalah jumlah anak per kelahiran, cara menghitungnya dengan membagi jumlah anak yang dilahirkan dengan jumlah induk yang melahirkan. Mortalitas anak prasapih adalah persentase jumlah anak yang mati sebelum disapih, cara menghitungnya dengan membagi jumlah anak yang mati sebelum disapih dengan jumlah total anak yang dilahirkan. Lambing interval adalah jarak (hari) antara kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya, cara menghitungnya dengan menghitung jumlah hari antara kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya. Bobot sapih adalah bobot anak umur 4 bulan, cara memperolehnya dengan melakukan penimbangan anak umur 4 bulan.

Setelah memperoleh data litter size, mortalitas anak prasapih, lambing interval, dan bobot sapih, langkah selanjutnya adalah mencari nilai parameter reproduksi lainnya yang berkaitan dengan perhitungan pendapatan, yaitu : Indeks Reproduksi Induk (IRI) dan Produktivitas Induk (PI). Indeks reproduksi induk diperoleh dari perhitungan litter size, mortalitas anak prasapih, dan lambing interval. Sedangkan Produktivitas Induk dihitung dengan mengalikan indeks reproduksi induk dengan bobot sapih. Untuk lebih jelas tentang rumus-rumus perhitungan semua parameter reproduksi di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

 

Parameter Reproduksi

Rumus

Lambing Interval (LI) LI = (Tanggal kelahiran waktu tertentu) – (Tanggal kelahiran sebelumnya)

 (Menghitung jarak antara kelahiran pada waktu tertentu dengan kelahiran sebelumnya)

Litter Size (LS) LS = Jumlah anak yang dilahirkan

        Jumlah induk yang melahirkan

Menghitung jumlah anak tiap kelahiran)

Mortalitas Anak Prasapih (MAPr) MAPr = Jumlah anak yang mati prasapih  X 100 %

                         Jumlah anak total

(Menghitung persentase kematian anak prasapih/dibawah empat bulan)

Indeks Reproduksi Induk (IRI) IRI = LS X (1-MAPr)

                 LI/365

(Menghitung banyaknya anak yang dihasilkan tiap induk per tahun)

Produktivitas Induk (PI) PI = IRI X Rataan bobot sapih (BS)

(Menghitung bobot ternak yang dihasilkan tiap induk per tahun)

 

Berikut ini penulis sampaikan contoh perhitungan dengan informasi yang berasal dari data reproduksi pada perbibitan ternak domba garut di peternakan rakyat yang dibina oleh Kampoeng Ternak Nusantara Karya Masyarakat Mandiri di wilayah Kabupaten Garut dan Sukabumi. Data yang dimasukkan merupakan data rataan beberapa parameter reproduksi yang ada di kedua wilayah peternakan rakyat tersebut.

– Litter size (LS)                                  : 1,60               – Lambing interval (LI)           : 240 hari

– Mortalitas anak prasapih (MAPr)     : 10 %              – Bobot sapih (BS)                  : 15 Kg

 

Yang pertama kali dihitung adalah Indeks Reproduksi Induk (IRI) dengan menggunakan rumus seperti tabel di atas :

IRI = 1,60 x (1 – 0,10)   =  2,19 anak/induk/tahun

240/365

Selanjutnya menghitung Produktivitas Induk (PI) dengan rumus di atas :

PI =  2,19 x 15  = 32,85 Kg anak/induk/tahun

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka satu ekor induk menghasilkan 2,19 ekor anak per tahun atau setara dengan 32,85 Kg anak per tahun. Apabila diasumsikan harga rata-rata ternak domba garut pedaging pada saat ini Rp. 50.000,- per kilogram, maka induk tersebut menghasilkan Rp. 1.642.500,- per tahun atau Rp. 136.875,- per bulan. Jadi dalam perbibitan ternak domba garut dalam satu bulan seekor induk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 136.875,-. Data tersebut tinggal dibandingkan atau dikurangi biaya operasional per ekor induk per bulan. Maka akan diperoleh keuntungan per bulan per ekor induk. Perhitungan ini dapat juga dipergunakan oleh peternak dalam skala usaha yang lebih besar bahkan skala industri. Selamat mencoba. Wallahu a’lam.

Manfaat Berqurban yang Perlu Diketahui

Masih ingat, kisah Kang Maman dan Mak Yati, keluarga pemulung yang berkurban 2 ekor kambing ke masjid Al Ittihad Tebet. Walaupuan niatnya sempat ditertawakan oleh tetangga dan teman seprofesinya namun niat sudah di ubun-ubun. Walaupun sehari pendapatannya hanya 25 ribu, ia selalu menyisihkan untuk membeli kurban, sampai akhirnya ia mampu membeli 2 ekor kambing kurban. Peristiwa langka yang kemudian heboh di media, ini memang peristiwa langka bagaimana seorang pemulung qurban 2 ekor kambing.

Hal yang membuat orang penasaran, kenapa ada orang yang sungguh-sungguh berniat berkurban sampai ada rela menyisihkan dari penghasilan yang sedikit. Berikut beberapa manfaat yang didapatkan ketika orang berkurban.

  1. Bersyukur terhadap nikmat dari Allah SWT. Allah memberikan kita rizki yang sangat melimpah, kehidupan, kesehatan, kekayaan merupakan rizki yang diberikan oleh Allah. Salah satu hal yang bias dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur adalah dengan berkurban.
  2. Berkurban merupakan ciri keimanan. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati tempat sholat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Contoh Keimanan juga ditunjukkan oleh Ibrahim AS ketika Alloh perintahkan dalam mimipinya untuk menyembelih Ismail AS tanpa keraguan. Kekuatan iman yang kemudian Allah ganti dengan seekor biri-biri (sembelihan yang besar). Kisah indah yang tertuang dalam Ash Shaaffaat: 102-107.
  3. Setiap helai bulu hewan kurban merupakan kebaikan. Setiap bulu atau helai dari hewan kurban tersebut dinilai kebaikan atau amal. Berkurban memiliki pahala senilai setiap helai bulu hewan qurban. Pernyataan tersebut berdasarkan sebuah hadist, dari Zaid bin Arqam bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah SAW apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim. Mereka kemudian bertanya lagi, “Apa keutamaan yang akan kami peroleh dengan berqurban?”Rasulullah SAW menjawab, “Setiap helai rambutnya adalah satu kebaikan,” Mereka bertanya, “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap helai bulunya juga bernilai satu kebaikan,” [HR Ahmdan dan Ibn Majjah]
  4. Berkurban merupakan sebagian dari syiar agama islam. Setiap akan menyembelih hewan kurban disyariatkan untuk menyebut nama Allah dan berserah dirilah kepada Allah SWT.
  5. Memperbanyak rezeki bagi orang yang berkurban. Bagi orang yang melaksanakan kurban, niscanya rezekinya akan dilipat gandakan oleh Allah SWT. jika Anda menyisihkan sebagian harta Anda di jalan Allah SWT, termasuk berkurban, maka akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Asalkan niat kurban tersebut ikhlas, dan tidak mengharapkan balasan kebaikan atau pujian dari pihak lain. Dengan jaminan Allah SWT seperti ini, masih ragukah Anda untuk berkurban?
  6. Menumbuhkan jiwa solidaritas. Berqurban dapat meningkatkan kepedulian sosial terhadap sesama. Apabila kita termasuk orang yang cukup dalam hal harta, hendaknya kita menyisihkan sebagian harta kita untuk berqurban dimana kemudian qurban tersebut dibagikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.
  7. Mensejahterakan peternak lokal. Sudah menjadi rahasia umum bahawa kebanyakan peternak rakyat di Indonesia masih tergolong miskin. Rata-rata peternak lokal hanya memiliki 2-3 ekor ternak yang pengelolaannya juga menjadi sampingan selain pekerjaan utama seperti bertani. Peningkatan pendapatan peternak lokal sudah berusaha dilakukan oleh Kampoeng Ternak divisi peternakan Karya Masyarakat Mandiri (KMM) sejak tahun 2000 melalui program-program pemberdayaan yang dilakukan. Momen idul Adha menjadi momen yang dimanfaatkan oleh KMM untuk membantu mensejahterakan peternak dengan membeli dan menjual ternak peternak lokal dengan harga lebih tinggi dari pada harga tengkulak. Dengan model seperti ini diharapkan kesejahteraan peternak ikut terkerek dengan lakunya ternak mereka.

Guna membantu pemasaran mitra peternak , KMM menyelenggarakan program Grosir kurban. Program melakukan penjualan Sapi, Kambing dan Domba milik mitra pemberdayaan di seluruh Indonesia.