Pemberdayaan, Ikhtiar Sejahterakan Masyarakat Halmahera

Pengembangan ekonomi berbasis pemberdayaan masyarakat perlu dikembangkan dan mendapat perhatian. Pemberdayaan mengembangan pola partisipatif atau atas dasar kesadaran masyarakat sehingga perubahan ekonomi lebih mudah dicapai. Proses penyadaran terhadap masyarakat ini lah yang manjadi acuan karena perubahan akan berjalan dengan baik jika ada keinginan kuat dari masyarakat untuk berubah. Ini menjadi titik tekan yang harus fahami setiap instansi yang ingin melakukan pemberdayaan kepada masyarakat.

Perkembangan ekonomi di daerah timur Indonesia mulai bergeliat, namun terkesan lambat jika dibandingkan wilayah lain. Upaya sudah dilakukan pemerintah dengan program-program pengembangan ekonomi masyarakat. Mulai bantuan hibah, bantuan bergulir hingga program-program berlabel pemberdayaan. Tidak hanya pemerintah, NGO dan swasta pun  turut terjun untuk memberdayakan masyarakat dengan bermacam model dan bidang yang dibutuhkan masyarakat.

Karya Masyarakat Mandiri (DD) bersama Dompet Dhuafa (DD) tidak ketinggalan dengan menggulirkan program-program pemberdayaan di wilayah timur Indonesia. Salah satu program yang saat ini sedang berjalan adalah program pemberdayaan berbasis peternakan di Desa Tafasoho, Kecamatan Malifut, Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara. Program memberika Permodalan, produksi ternak, distribusi, manajemen usaha kelompok dan koperasi peternak, peningkatan keterampilan, sikap, dan perilaku peternak, mediator akses sarana dan prasarana ekonomi, dan pemasaran produk. Modal usaha disalurkan dalam bentuk pembiayaan bagi pengembangan peternakan masyarakat yang dikelola secara terpola, terpadu dan berkesinambungan sehingga menumbuhkan iklim kewirausahaan masyarakat.

Tujuan utama dari program ini merupakan program pengembangan ternak sapi Bali. Dengan menjadikan masyarakat sebagai sasaran. Ini memerlukan strategi agar program bisa berlanjut meskipun sudah dimandirikan. KMM-DD menerapkan strategi pendampingan intensif dengan menempatkan pendamping (field officer) yang memiliki kemampuan manajerial yang baik, mampu membangun komunikasi dengan masyarakat dan faham mengenai budidaya ternak. Dengan penempatan pendamping diharapkan pola pemberdayaan akan lebih terarah. Ketika terjadi permasalahan pun, pendamping bisa langsung mengambil perannya sebagai problem solver.

Selain pendampingan intensif, strategi yang lakukan sistem perbibitan di masyarakat atau dikenal dengan istilah village breeding system (VBS). Dalam VBS memiliki ciri khas dan persyaratan berupa pencatatan (recording) yang ketat. Strategi lainnya adalah sistem pemeliharaan secara intensif (di dalam kandang) dengan kandang koloni. Ini untuk memudahkan pengontrolan perkembangan ternak.

Program yang digulirkan tahun 2014 ini, manfaatnya sudah dirasakan oleh masyarakat. Dari 43 ekor sapi bali yang digulirkan di awal program sekarang sudah berkembang menjadi 56 ekor sapi bali yang tersebar di 3 kelompok dengan melibatkan 30 KK.  Dukungan masyarakat pemerintah menjadi modal tambahan bagi program untuk berkembang. Pemerintah Desa Tafasoho menyediakan lahan untuk Kandang koloni. Lokasi kandang tersebut sekaligus menjadi pusat kegiatan mitra, mulai dari pertemuan kelompok, rekording, pengolahan pakan, pusat pelatihan dan menerima tamu. Di lokasi sekitar kandang ditanam hijauan sebagai pakan ternak yang dalam budidayanya memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk alami.  Masing-masing mitra diberikan tanggung jawab terhadap ‘jatah’ lahan yang diberikan, mulai dari penanaman, pemeliharaan, sampai pemanenan.

Saat hari raya Idul Adha, Mitra mendapat kepercayaan untuk pengadaan dan penyaluran program Tebar Hewan Qurban (THK) yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa sejak tahun 2015. Tahun 2016 Gabungan Kelompok Ternak (GAPOKTER) mendapat kuota sebanyak 13 ekor naik 8 ekor disbanding tahun 2015 yang hanya 5 ekor. Kepuasan terhadap kondisi hewan kurban yang menjadikan DD percaya dan memberikan penambahan kuota. Hasil keuntungan dari penjualan hewan tidak dibagi namun digunakan kembali untuk menambah populasi. Komitmen yang dibangun bersama secara partisipatif oleh anggota.

Kesadaran tidak begitu saja terbangun, namun membutuhkan waktu lama dengan dinamika yang terjadi dalam kelompok. Namun semua berhasil dilewati, sekarang masyarakat mulai menikmati hasil sedikit demi sedikit. Masih diperlukan proses yang panjang, namun komitmen masyarakat dan stakeholder terkait untuk meneruskan program ini menumbuhkan optimisme baru bahwa kelak Tafasoho akan dikenal sebagai sentra sapi Bali. Semoga… (Saiful/Slamet)

 

 

 

 

1 reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.